
Halmaheranesia – Pemerintah Kota Ternate bersama Kesultanan Ternate menggelar perayaan Malam Ela-Ela atau Lailatul Qadar di Kedaton Kesultanan pada Rabu, 26 Maret 2025.
Perayaan ini bukan sekadar tradisi, tetapi juga sebuah refleksi atas makna filosofis malam ke-27 Ramadan bagi masyarakat Ternate.

Malam ela-ela bagian dari puncak perayaan Ramadan di Ternate, di mana masyarakat menyalakan obor sebagai simbol keberkahan dan rahmat.
Jo Hukum Soasio, Gunawan Radjim, menjelaskan bahwa peringatan ini memiliki makna mendalam tentang proses kejadian manusia.
“Berkah dan rahmat diharapkan pada malam ini, sehingga orang Ternate menyalakan obor. Ada filosofi di balik itu semua. Filosofi tentang penciptaan manusia,” ungkap Gunawan.
Menurut dia, malam ela-ela juga sebagai bentuk pelestarian tradisi, Pemerintah Kota Ternate bersama Kesultanan menggelar pembakaran obor di Kedaton Kesultanan, menandai dimulainya perayaan malam Ela-Ela.
Selain menyalakan obor, tradisi lain yang menyertai perayaan ini adalah Guto, yaitu obor yang dibakar di atas batang pisang menggunakan damar, kemudian dihiasi dengan buah-buahan.
“Guto bukan sekadar penerangan, tetapi juga melambangkan keberkahan dan doa yang dipanjatkan di malam penuh kemuliaan ini,” ujar Gunawan.
Wali Kota Ternate, M. Tauhid Soleman, menegaskan bahwa tradisi ela-ela telah diwariskan turun-temurun dan selalu dipusatkan di Kedaton Kesultanan Ternate.
“Tradisi ini akan terus dilestarikan sebagai bagian dari syiar agama sekaligus memperkuat spiritualitas masyarakat,” pungkasnya.
Perayaan ela-ela bukan hanya sekadar ritual tahunan, tetapi juga cerminan nilai-nilai budaya dan religius yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Ternate.
Di tengah modernisasi, api ela-ela tetap menyala, menerangi jalan spiritual umat di malam yang penuh keberkahan,” tambahnya.
“Untuk semakin memeriahkan perayaan, Pemerintah Kota Ternate juga mengadakan festival Ela-Ela yang melibatkan beberapa kelurahan di kota ini,” pungkasnya.