
Halmaheranesia – Peristiwa banjir dan longsor akibat luapan embung di Kelurahan Tafraka, Kecamatan Pulau Hiri, Kota Ternate pada Sabtu, 22 Maret 2025 mendapat respons dari Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Maluku Utara, Deddy Arif.
Deddy menjelaskan, letak embung jika dilihat dari posisinya, memang harus berada di daerah ketinggian di atas pemukiman warga. Tapi pembangunan embung tersebut berada di sungai Tafraka.

Kejadian tersebut bersamaan dengan curah hujan dengan intensitas tinggi, sehingga menyebabkan banjir dan material yang berada di sekitarnya tergerus turun ke pemukiman secara bersamaan.
“Yang jelas bahwa ketika embung itu dibangun, ada perubahan beberapa landscape segmentasi tertentu di sungai Tafraka, misalnya dinding bagian kanan embung tersusun dari pasir, kerikil maupun kerakal yang mudah lepas,” ujar Deddy, Senin, 24 Maret 2025.
Selain itu, lanjutnya, pada bagian bawah embung, saat pihak Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) membuat akses jalan, ada pemotongan terhadap punggungan ketingiannya yang didominasi oleh batu lempungan serta batu pasir lempungan. Material ini yang terakumulasi masuk kemudian menjadi banjir bandang.
Ia menambahkan, setelah mencari informasi terkait Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pembangunan embung tersebut, ternyata dalam proses pembangunannya dipakai Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) yang hanya terbatas mengkaji aspek lingkungannya.
“Menurut saya jika dilihat dari sisi geologi kebencanaan, DPLH itu fokusnya pada lingkungan saja, dari segi kebencanaan yang merujuk pada peraturan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jelas ada yang disebut analisis resiko bencana. Dan itu harus dibuat sebelum membangun,” jelasnya.
Menurut Deddy, pembuatan analisis resiko bencana harus disesuaikan dengan sejarah kebencanaan. Tafraka dalam sisi sejarah bencana, sebelumnya sudah pernah terjadi banjir, bahkan hal tersebut telah ditegaskan oleh camat setempat.
“Saya yakin DPLH itu tidak membahas secara detail bagaimana hal tersebut bisa mendukung analisis resikonya. Saya berharap ada desain mitigasi struktural, ini yang harus dikaji dari sekarang, dan membangun secara detail dengan database yang harus valid, sehingga tidak berdampak ke siapapun,” pungkasnya.
____
Reporter: Andri R. Mansur