
Halmaheranesia – Hubungan perdagangan antara Maluku Utara dan Jawa Timur terus diperkuat melalui Misi Dagang ke-3 yang resmi dibuka oleh Gubernur Maluku Utara, Sherly Laos, dan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa di Kota Ternate, Rabu, 12 Maret 2025.
Acara ini dihadiri oleh berbagai pihak penting, seperti Forkopimda Maluku Utara, KADIN dari kedua provinsi, perwakilan OPD, serta 48 pelaku usaha dari Jawa Timur yang siap menjalin kerja sama dengan pengusaha lokal Maluku Utara.

Dalam sambutannya, Gubernur Sherly Laos menekankan bahwa kerja sama perdagangan ini harus semakin kuat dan lebih berimbang. Selama satu dekade terakhir, Jawa Timur selalu mencatat surplus perdagangan, sementara Maluku Utara masih mengalami defisit.
Berdasarkan data BPS dan Kementerian Perdagangan, volume perdagangan antara kedua provinsi terus meningkat.
Tahun 2015, volume perdagangan mencapai Rp 72 miliar, dengan Jawa Timur surplus Rp 68 miliar.
Tahun 2019, volume perdagangan naik 10 kali lipat menjadi Rp 800 miliar, dengan Jawa Timur surplus Rp 200 miliar.
Tahun 2020, volume perdagangan melonjak menjadi Rp 2,2 triliun, dengan Jawa Timur surplus Rp 371 miliar.
Tahun 2022–2023, akibat pandemi COVID-19, volume perdagangan turun menjadi Rp 1 triliun, dengan Jawa Timur tetap surplus Rp 400 miliar.
Tahun 2024 (proyeksi), diperkirakan volume perdagangan meningkat kembali menjadi Rp 1,3 triliun.
Melihat angka tersebut, Sherly menegaskan bahwa Maluku Utara harus meningkatkan ekspor agar tidak terus mengalami defisit perdagangan.
“Saya baru paham, pantas rombongan Jatim makin ramai datang ke sini. Naik terus perdagangan dengan Malut,” canda Sherly saat memberi sambutan.
“Tapi, Mba Khof, tahun depan tolong bantu supaya kami jangan defisit terus, ya. Beli lebih banyak dari kami, kasihan uang kami defisit terus ke Surabaya,” ujarnya.
Untuk meningkatkan daya saing produk lokal, Sherly menginstruksikan OPD dan pelaku usaha Maluku Utara untuk melakukan beberapa langkah strategis.
Ia meminta, agar meningkatkan volume perdagangan dengan mempercepat tol laut, menurunkan biaya transportasi, serta mempermudah perizinan usaha. Selain itu, memperbaiki neraca dagang Maluku Utara harus lebih aktif menjual produk ke Jawa Timur.
“Kita harus jualan lebih banyak kalau perlu. Kalian sanggupkah tarada?” tanya Sherly.
“Setelah pertemuan ini, kita harus memastikan hubungan dagang kita semakin kuat, semakin berimbang, dan membawa manfaat bagi kedua provinsi,” tegasnya.
Ia menyebutkan, dalam misi dagang ini, pelaku usaha dari Maluku Utara dan Jawa Timur melakukan penandatanganan komitmen transaksi perdagangan.
“Hingga pukul 12 siang, nilai transaksi dagang yang tercatat telah mencapai Rp 450 miliar dan diproyeksikan menembus lebih dari Rp 500 miliar,” katanya.
“Semoga ini menjadi langkah awal untuk terus berkolaborasi meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, kuat, dan inklusif,” pungkasnya.