
Kecacingan merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih sering terjadi di Indonesia, terutama pada anak-anak usia sekolah dasar.
Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di tahun 2017 melaporkan bahwa prevalensi infeksi kecacingan di Indonesia sangat tinggi terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu, dengan sanitasi yang buruk, prevalensi cacingan bervariasi berkisar 2,5 persen sampai 62 persen di setiap provinsi, yang dapat menjangkit semua kelompok usia.

Anak-anak usia pra sekolah dan sekolah dasar menjadi kelompok yang paling rentan. Kecacingan disebabkan oleh infeksi cacing parasit seperti cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus), serta cacing cambuk (Trichuris trichiura).
Penyakit ini dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga pencegahan dan pengobatan sangat penting dilakukan.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan tingginya infeksi kecacingan terutama pada anak usia sekolah dasar antara lain faktor kebersihan diri anak, orang tua, dan lingkungan.
Faktor kebersihan pada anak seperti tidak mencuci tangan sebelum makan dan setelah Buang Air Besar (BAB), kebersihan kuku, dan perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) yang menyebabkan pencemaran tanah dan lingkungan oleh feses yang mengandung telur cacing.
Sedangkan faktor orang tua adalah rendahnya penerapan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), tidak bisa menjaga anak berperilaku hidup bersih dan sehat, tidak mencuci sayur dan buah yang akan dikonsumsi anak, kepemilikan jamban, ketersediaan air bersih, sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua.
Untuk menentukan diagnosis pasti infeksi cacing, diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk menemukan parasit cacing, baik yang dewasa, telur maupun stadium larvanya. Agar usaha tersebut berhasil memuaskan, maka selain kemampuan untuk mengenal morfologi cacing dengan benar, bahan-bahan untuk pemeriksaan hendaknya diupayakan tersedia dalam keadaan yang baik, dan parasit dapat diperoleh dalam keadaan utuh, tidak rusak dan dalam jumlah yang cukup sehingga mudah ditemukan dalam pemeriksaan.
Infestasi cacing yang ditularkan oleh tanah yang dikarenakan kondisi tanah yang lembab memungkinkan telur Ascaris dan Trichuris berkembang biak dengan cepat. Tahan berpasir yang gembur di daerah pedesaan dan pertambangan sangat sesuai untuk pertumbuhan larva cacing tambang.
Kondisi tanah yang kering dan berdebu juga bisa menyebabkan telur terbawa angin sehingga penularan Enterobius lebih mudah terjadi antara orang yang satu dengan yang lainnya. Perilaku tidak memakai alas kaki setiap keluar rumah atau beraktivitas mengakibatkan anak terinfeksi cacing karena larva cacing tambang akan masuk melalui pori-pori kulit yang tidak memakai alas kaki.
Penyebab dan Cara Penularan
Cacing dapat masuk ke tubuh melalui berbagai cara, seperti; konsumsi makanan atau minuman yang tidak higenis atau terkontaminasi telur cacing, kebersihan kuku, kurangnya kebiasaan mencuci tangan, terutama sebelum makan dan setelah buang air besar, berjalan tanpa alas kaki di tanah yang terkontaminasi larva cacing, serta buang air besar sembarangan.
Di lingkungan sekolah, kebersihan yang kurang terjaga juga menjadi faktor risiko, terutama jika fasilitas sanitasi tidak memadai.
Dampak Kecacingan pada Anak
Kecacingan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti; anemia akibat kehilangan darah, terutama pada infeksi cacing tambang, malnutrisi karena cacing menyerap nutrisi dari makanan yang dikonsumsi anak, gangguan tumbuh kembang, termasuk berat badan rendah dan penurunan kemampuan belajar, kelelahan kronis yang dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari.
Cara Pencegahan Kecacingan
Mencegah kecacingan membutuhkan kerja sama antara orang tua, sekolah, dan masyarakat. Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan meliputi:
Edukasi Kebersihan Pribadi
- Ajarkan anak untuk mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan, setelah buang air besar, dan setelah bermain di luar.
- Potong kuku secara rutin agar tidak menjadi tempat menempelnya telur cacing.
Hindari Kontaminasi Tanah
- Pastikan anak selalu menggunakan alas kaki saat berada di luar rumah.
Hindari bermain di tanah yang terlihat kotor atau dekat dengan kotoran hewan.
Penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
- Pastikan anak mengonsumsi makanan yang dimasak hingga matang.
- Minum air yang telah dimasak atau dipastikan kebersihannya.
- Jaga kebersihan lingkungan rumah dan sekolah.
Pemberian Obat Cacing Secara Berkala
- Kementerian Kesehatan menyarankan pemberian obat cacing setiap 6 bulan sekali, terutama untuk anak-anak yang tinggal di daerah endemis.
Peningkatan Fasilitas Sanitasi
- Pastikan ketersediaan jamban / toilet bersih di sekolah dan rumah.
- Kelola limbah dengan benar agar tidak mencemari lingkungan.
Peran Sekolah dan Orang Tua
Orang tua dan guru memiliki peran penting dalam memastikan anak-anak terhindar dari kecacingan. Guru dapat mengintegrasikan pendidikan kesehatan dalam kegiatan belajar mengajar, sementara orang tua dapat mempraktikkan kebiasaan hidup sehat di rumah.
Penutup
Kecacingan pada anak sekolah dasar dapat dicegah dengan upaya bersama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan menjaga kebersihan, menerapkan PHBS, dan memberikan edukasi kesehatan, anak-anak dapat terhindar dari kecacingan dan tumbuh menjadi generasi yang sehat dan produktif. Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat untuk masa depan anak-anak Indonesia!
______
Penulis: Hendri Herman, STIKES Nasional