
Halmaheranesia – Lembaga survei Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei elektabilitas Pilgub Maluku Utara (Malut) 2024. Hasilnya, Sherly Tjoanda-Sarbin Sehe unggul di angka 40,7 persen dan disusul Husain Alting Sjah-Asrul Rasyid Ichsan 20,7 persen.
Sementara pasangan Muhammad Kasuba-Basri Salama mencapai 15,5 persen, dan Aliong Mus-Sahril Tahir mencapai 10,4 persen. Lalu yang tidak tahu atau tidak menjawab pilihan masih 12,8 persen.

Survei ini dilakukan pada periode 20-28 Oktober 2024 menggunakan metode multistage random sampling di seluruh kabupaten/kota di Maluku Utara.
Total responden dalam penelitian ini sebanyak 800 orang. Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 800 responden memiliki toleransi kesalahan atau margin of error sekitar ±3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Indikator memotret pergerakan survei 4 pasangan calon pada September dan Oktober. Terutama terkait pergerakan suara setelah mendiang Benny Laos digantikan istrinya, Sherly Tjoanda.
Direktur Eksekutif Indikator, Burhanuddin Muhtadi, mengungkapkan bahwa elektabilitas pasangan Sherly-Sarbin semakin jauh meninggalkan pasangan calon lainnya, terutama setelah mendiang calon gubernur Benny Laos digantikan oleh istrinya, Sherly Tjoanda.
Menurut Burhanuddin, perubahan ini menumbuhkan simpati masyarakat Maluku Utara yang justru memperkuat dukungan.
“Di bulan Oktober, selisih antara Sherly dan calon lain semakin melebar. Terbukti suara mendiang Benny Laos saat digantikan istrinya tidak menurun, tetapi justru meningkat,” ujar Burhanuddin dalam pemaparannya pada Minggu, 10 November 2024.
Konsultan Politik Sherly-Sarbin, Choel Mallarangeng mengatakan hasil survei ini telah menjawab teka-tiki atas pertanyaan warga Maluku Utara selama ini saat ada pergantian dari mendiang Benny Laos kepada istrinya Sherly Tjoanda pada pilgub 2024.
“Hari ini secara empirik sama, bahwa walaupun ada pergantian calon, elektabilitas pasangan calon 04 meledak naik. Dan ini surprise bahwa kenaikan itu menunjukan elektabilitas tiga paslon lain menurun,” katanya.
Menurut dia, survei ini adalah fakta yang harus disikapi secara normatif. Sebab, secara statistik ada yang namanya tren momentum naik atau positif dan turun atau negatif.
“Dalam survei ini, tiga paslon terlihat memiliki tren negatif dan satu paslon memiliki tren positif. Artinya tren ini bisa dijadikan alat prediksi kedepan. Kalau itu bertahan, maka besar kemungkinan dalam pemilihan ini, pertama kalinya gubernur Maluku Utara itu perempuan,” pungkasnya.