
Halmaheranesia – Burung Indonesia berkolaborasi dengan Halmahera Wildlife Photography (HWP) dan Magazine Art Space menggelar Festival Keanekaragaman Hayati Maluku Utara (KehatiMU), selama empat hari, terhitung sejak tanggal 6 – 10 November 2024, di Benteng Oranje, Ternate.
Kegiatan ini berisi pameran fotografi keanekaragaman burung di Makuku Utara, pameran organisasi pemerhati lingkungan, pameran kreasi mewarnai untuk anak-anak, cerdas cermat, talkshow, hingga pemutaran film.

Perwakilan Halmahera Wildlife Photography, Dewi Ayu Anindita, menyampaikan bahwa KehatiMU menghadirkan sebuah kesan lewat pameran fotografi, dengan maksud akan menjadi potret penting dalam menjaga kelestarian satwa liar.
“Halmahera Wildlife Photography selalu berupaya, lewat pameran fotografi akan menghadirkan kesan penting dalam menjaga kelestarian satwa liar,” ujar Dewi.
Dewi menambahkan, bahwa saat ini Maluku Utara mengalami keterancaman yang cukup serius, seperti eksploitasi pada wilayah hutan yang menjadi habitat bagi para burung.
“Sehingga kita mencoba memberikan sesuatu yang berbeda, selalu mengabadikan kehidupan jenis habitat burung lalu memberikan sebuah edukasi kepada seluruh masyarakat,” ujarnya.
Kurator Magazin Art Space, Fadriah Syuaib, mengatakan bahwa mengampanyekan pelestarian keanekaragaman hayati merupakan suatu hal yang penting, khususnya melalui pameran fotografi.
“Karena selain menghadirkan karya seni rupa, Magazine juga menjadi sebuah titik tempat kampanye dalam menyampaikan kesan penting dalam menjaga kelestarian burung,” ucap Fadriah.
Sementara itu, Koordinator Burung Indonesia Kepulauan Maluku, Benny Aladin Siregar, menyebutkan di Maluku Utara ada sekitar 350 lebih jenis burung, termasuk jenis burung endemik, seperti burung Paruh Bengkok dan Burung Bidadari.
“Tetapi burung-burung istimewa seperti Paruh Bengkok sering alami keterancaman oleh para pemburu,” tutur Benny.
Benny menambahkan, bahwa Paruh Bengkok adalah burung yang sangat dekat dengan kehidupan manusia, sehingga 60 persen Paruh Bengkok habitatnya sudah berkurang dan sering terancam oleh para pemburu liar.
“Kebanyakan para pemburu liar bisa menghabiskan waktu selama tiga jam di hutan untuk menghabiskan sekitar 20 jenis burung, lalu dijual bahkan menukarkan dengan barang dagang yang lain,” pungkas Benny.
___
Reporter: Musmaulana