
Halmaheranesia – Gerakan Mahasiswa Pemerhati Sosial (Gamhas) Sektor Universitas Pasifik (Unipas) menggelar aksi di depan kantor bupati Pulau Morotai. Mereka menilai pemerintah daerah tak peduli nasib warga.
Ketua Gamhas Sektor Unipas, Karman, mengatakan masalah talud di empat desa, yakni Desa Mandiri, Desa Juobela, Desa Doku Mira, dan Desa Momojiu telah dibiarkan bertahun-tahun oleh Pemkab Morotai.

“Pemkab Morotai benar tidak peduli, rusaknya talud di empat desa tersebut mengakibatkan 30 rumah warga mengalami kerusakan. Hal ini kerena sudah tidak ada lagi penahan ombak saat air laut pasang disertai gelombang besar,” ujar Karman, Senin, 14 Oktober 2024.
Ia menambahkan, dari total rumah warga yang rusak, terdapat 4 rumah di Desa Doku Mira, 4 rumah di Desa Joubela, serta untuk Desa Mandiri RT 01 sebanyak 13 rumah, dan RT 03 sebanyak 9 rumah. Sementara di Desa Momojiu dampaknya pada lahan warga, pasar, serta kuburan umum.
“Masyarakat sudah resah, mereka sering ketakutan saat malam, kemudian air laut sedang pasang, itu warga tidak bisa tidur, bahkan sebagian warga harus pindah ke tempat tinggal keluarga mereka untuk mencari tempat aman,” katanya.
Sementara itu, koordinator aksi, Julyan Sabtu menyampaikan karena masyarakat merasa terancam, warga di Desa Mandiri RT 01 terpaksa melakukan patungan untuk pembangunan talud sementara.
Selain itu, lanjut Julyan, bahkan ada satu kepala keluarga yang rela mengeluarkan uang pribadinya sebesar Rp 3 juta dan meminjam 11 sak semen kepada pihak masjid.
“Ini keterlaluan, Pemkab Morotai benar-benar abai terkait kebutuhan rakyat, kami akan tetap kawal masalah ini, sampai pembangunan talud direalisasi oleh pemkab dan pihak terkait,” pungkasnya.
_______
Reporter: Risaldi