Halmaheranesia – Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Sagea, Halmahera Tengah, Maluku Utara kali ini diwarnai dengan aksi protes lingkungan.
Para pemuda dengan tradisi Coka Iba, memanfaatkan momen ini untuk menegaskan penolakan terhadap izin pertambangan di wilayah setempat.
Di depan Masjid Baitul Amal, perayaan dimulai dengan iringan ayat-ayat Alquran yang dibacakan dengan lantunan rebana. Para pemuda mengenakan kostum tradisional dan membentangkan bendera bertuliskan ‘Save Sagea’ serta poster ‘Selamatkan Kampung Sagea’.
Tidak hanya itu, mereka juga melakukan pawai dengan spanduk yang menuntut penghentian aktivitas dari tiga perusahaan tambang, yaitu PT Gamping Mining Indonesia, PT Karunia Sagea Mineral, dan PT First Pacific Mining.
Juru Bicara Save Sagea, Mardani Hardi, mengatakan aksi ini bertujuan untuk menegaskan penolakan terhadap eksploitasi secara besar-besaran yang merusak lingkungan.
“Sudah cukup kerusakan dan bencana lingkungan yang terjadi. Kebrutalan dan kerakusan perusahaan harus dihentikan,” tegas Mardani, Senin, 16 September 2024.
Ia mengungkapkan keprihatinan secara mendalam atas deforestasi yang telah mengurangi luas hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sagea dan pencemaran sungai yang menjadi sumber kehidupan mereka.
Ia mengungkapkan, sesuai data, pada tahun 2023, deforestasi seluas 392 hektar terjadi di DAS Sagea akibat kegiatan penambangan. Selain itu, kawasan karst Sagea, yang juga merupakan area rawan bencana, sedang berada dalam ancaman izin usaha pertambangan seluas ribuan hektar.
“Perayaan Maulid ini adalah momen penting untuk menegaskan kembali komitmen kami dalam melestarikan lingkungan. Ini merupakan bagian dari ajaran Islam yang mendorong kita untuk menjaga bumi,” tambahnya.
Ia mengajak seluruh tokoh agama dan masyarakat untuk bersama-sama melawan kerusakan lingkungan dan memperjuangkan pelestarian alam.
“Dengan aksi ini, masyarakat Sagea berharap pesan mereka bisa tersampaikan kepada pihak-pihak terkait dan mendukung perjuangan mereka untuk lingkungan yang lebih baik,” pungkasnya.