Sofifi, HN – Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA) menyebutkan perusahaan-perusahaan tambang di Maluku Utara dihadapkan pada tantangan dan peluang besar, seiring dengan meningkatnya permintaan global akan mineral kritis, seperti nikel yang diperlukan untuk baterai kendaraan listrik dan teknologi energi terbarukan lainnya.

Terutama dengan berkembangnya tren positif secara global di mana upaya dan praktik transisi energi juga harus dipastikan menghormati hak asasi manusia dan bertanggungjawab. Salah satunya adalah dengan semakin meningkatnya kesadaran aktor di rantai pasok tambang untuk mendorong penggunaan Standar IRMA secara luas.

Melalui siaran persnya disebutkan, IRMA adalah standar sukarela internasional yang dirancang untuk memastikan bahwa operasi pertambangan dilakukan dengan cara yang meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat lokal.

“Standar ini mencakup berbagai aspek, mulai dari tanggung jawab sosial dan lingkungan hingga kesehatan dan keselamatan kerja, serta transparansi dan akuntabilitas,” tulis siaran pers tersebut, Selasa, 9 Juli 2024.

Di konteks Maluku Utara, di mana kekayaan alam dan keanekaragaman hayati sangat penting, penerapan standar seperti IRMA dapat membantu untuk mengurangi dampak kerusakan ekosistem, serta menemukan langkah yang tepat dan bertanggungjawab untuk memastikan bahwa kegiatan pertambangan memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan masyarakat terdampak.

Menurut Andre Barahamin, Community Outreach Coordinator IRMA, mengadopsi standar IRMA tidak hanya meningkatkan reputasi perusahaan tambang di mata investor dan konsumen global, tetapi juga memberikan berbagai manfaat bagi masyarakat lokal dan lingkungan di sekitar area tambang.

“Pasar global kini semakin cerdas. Saat ini, tuntutan mengenai transparansi dan praktik bisnis yang bertanggungjawab dan menghormati hak asasi manusia semakin meluas. Perusahaan-perusahaan besar, terutama yang beroperasi di sektor energi terbarukan dan transisi energi, sekarang makin selektif dalam memilih pemasok yang mematuhi standar yang bertanggungjawab. Hal ini mencerminkan menguatnya komitmen mereka terhadap lingkungan dan tanggung jawab sosial,” ungkap Andre.

Ia menjelaskan, Tesla, misalnya, telah menetapkan kebijakan ketat untuk memastikan bahwa nikel yang mereka gunakan dalam produksi baterai kendaraan listrik berasal dari sumber yang bertanggung jawab.

“Ini berarti perusahaan nikel di Maluku Utara yang belum menerapkan standar seperti IRMA berisiko kehilangan akses ke pasar global yang mengutamakan keberlanjutan,” katanya.

Menurut Andre, standar IRMA dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan nikel di Maluku Utara. Selain meningkatkan akses ke pasar global yang lebih luas dan berkelanjutan, Standar IRMA juga dapat digunakan untuk menarik investor yang fokus pada kriteria-kriteria Environmental, Social, and Governance (ESG) yang progresif.

“Investasi yang berkelanjutan ini tidak hanya membantu perusahaan tumbuh, tetapi juga memastikan bahwa pertumbuhan tersebut tidak merugikan lingkungan atau masyarakat terdampak,” tutur Andre.

Selain itu, penerapan praktik pertambangan yang bertanggung jawab dapat mengurangi risiko operasional dan reputasi. Dengan memastikan bahwa operasi mereka sesuai dengan standar tertinggi, perusahaan dapat menghindari potensi konflik dengan masyarakat lokal dan masalah hukum yang mungkin timbul dari praktik pertambangan yang tidak bertanggung jawab.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *