Ternate, HN – Komunitas Ternate Sketchda menggelar kegiatan workshop sketsa bertajuk ‘Kota Kita Narasi dan Sketsa’ yang berlangsung di cafe Kofia, Jumat, 5 Juli 2024.

Workshop Sketsa ini terselenggara atas kerja sama program dari Pemerintah Kota Ternate melalui Tononako. Program itu awalnya ada 20 sekian komunitas, namun melalui seleksi maka hanya 12 komunitas, salah satunya adalah Ternate Sketchda.

Founder Ternate Sketchda, Fadrie Suaib mengatakan inisiatif yang dibuat ini adalah workshop sketsa. Hasilnya akan dibuat majalah mini, namanya zein.

Menurut dia, konsep Kota Kita Narasi dan Sketsa itu berbicara tentang bagaimana mendokumentasikan kota dengan sketsa.

“Jadi, istilahnya mencoba untuk menciptakan medium yang berbeda. Biasanya orang lebih cenderung membuat arsip kota lewat foto dan video. Tapi kita mengabadikan kota lewat sketsa,” katanya.

Ia menjelaskan, ide awal kegiatan ini dibuat sudah sejak beberapa tahun lalu. Semenjak Ternate Sketchda itu berdiri. Dari membaca dan memanfaatkan serta melihat kehidupan urban kota, melalui ruang kota dan ruang publik.

“Nah dari hasil-hasil sketsa itu, kita akan terbitkan izin secara kolektif dari beberapa orang, dengan durasi sketsa nya bervariasi. Jadi ada yang sudah pernah buat sketsa di 2021-2023, dan yang baru ini,” terangnya.

Kegiatan ini juga, kata dia, tujuannya untuk menarik bibit-bibit baru dari teman-teman lintas generasi, seperti pelajar SMA, mahasiswa dan secara umum. Sehingga ada perubahan untuk menstimulasi kegiatan seperti ini kedepannya.

“Sehingga kegiatan ini bisa berkelanjutan. Jadi untuk menghargai karya mereka, kita akan adakan pameran sketsa,” jelasnya.

Fadrie mengaku, peserta dari kegiatan ini sebanyak 15 orang, dan ini adalah kegiatan sketsa ke-4 yang berhasil dibuat. Tapi sebelumnya dibuat secara internal.

“Ini perdana dibuat secara umum. Karena anggota-anggota lama sebelumnya sudah tidak aktif. Kita coba lagi, dan ternyata peminatnya banyak dikalangan SMA,” jelasnya.

Ternate Sketchda sendiri, kata dia, telah berdiri sekira tahun 2022, sebagai wadah literasi bagi generasi yang suka dan berminat di dunia seni rupa, agar bisa terorganisir.

“Jadi wadah itu sebenarnya dia dibawa Magazine Art Space. Wadah ini pun sangat inklusif dan terbuka, siapapun bisa bergabung,” terangnya.

Kegiatan ini, kata Fadrie, dibuat dua hari. Hari pertama diberikan materi dasar, kemudian ada praktek dihari berikutnya, dimana peserta akan berkumpul di Benteng Oranje lalu menuju ke Klenteng Thian Hou Kiong, terus ke Taman Nukila dan ke Gereja Batu.

“Alasan titik ini dipilih karena disana ada historis, edukasi dan kultur. Inikah ada kaitan yang sangat kuat dengan visi misi kami. Itu yang mendukung kami melihat kota melalui prespektif sketsa,” pungkasnya.

Bagikan:

Iksan Muhamad

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *