Ternate, HN – Wajah sedih dan rasa kehilangan terlihat jelas di mata para korban kebakaran rumah di di RT 03/RW 01 Kelurahan Bastiong Karance, Kecamatan Ternate Selatan, Kota Ternate pada Kamis, 23 Mei 2024 sekitar pukul 13.30 WIT kemarin.

Setidaknya ada tiga bangunan rumah terbakar. Rumah-rumah itu milik Hamid Hi Sahe, Sukur, dan Yulita Muhammad yang sudah ditempati puluhan tahun.

Salah satu korban, Hamid Hi Sahe (56) saat ditemui bercerita bahwa musibah itu terasa demikian cepat. Saking cepatnya, dia hanya bisa menyaksikan setiap bagian dari rumahnya digilas api. Perlahan hangus, lantas jadi arang. Ada trauma dan sedih menghantuinya.

“Saya batul-batul (betul-betul) sedih. Sudah tidak tahu mau buat apa. Anak dan cucu saya banyak. Di rumah ini kami tinggal sekitar 10 orang. Sementara rumah kami sudah hilang, so tarada lagi (tidak ada lagi), hanya pakaian di badan yang dibawa,” kata Hamid kala berbincang dengan media ini, Jumat, 24 Mei 2024.

Sejak menyaksikan rumah terbakar di Kamis sore itu, Hamid lebih banyak diam. Tubuhnya lesu. Makan seadanya. Dan hanya terbaring lemah di kediaman keluarga. Tempat mereka mengungsi barang beberapa saat.

Saat ini, kata dia, keluarganya sementara menginap ke rumah saudara. Ada tiga rumah yang menjadi tempat tinggal untuk beberapa waktu. Meski begitu, ia harus tetap berpikir untuk membangun rumah baru.

Tarada (tidak) enak juga tinggal di rumah keluarga lama-lama. Takut kase (kasih) repot dorang (mereka). Saat ini sebagian anak dan cucu, saya titip di rumah keluarga, yakni di Bastiong dua rumah dan satunya di Fitu,” terangnya.

Ia menjelaskan, saat kejadian, ia dan keluarganya berada di dalam rumah. Sementara sedang berbaring sambil menonton televisi. Seketika itu, dirinya mencium aroma hangus karena terbakar. Ia keluar dan menyaksikan sendiri bagaimana api dengan cepat merambat rumahnya.

“Rumah saya kan di belakang, dari dua rumah yang terbakar awalnya. Saat itu saya di rumah, kami lagi tidur-tidur. Ada anak dan beberapa cucu saya juga. Tapi, saya mencium ada sesuatu yang terbakar, saat saya keluar saya lihat asap tebal, bahkan api besar sudah dekat rumah saya,” jelasnya sambil jarinya menunjuk rumahnya.

“Tapi karena mobil pemadam kebakaran datang terlambat, dan warga pun masih sedikit jadi api tidak bisa dipadamkan dengan cepat,” sambungnya.

Dari kejadian ini, tak ada yang bisa diselamatkan dari dalam rumah. Bahkan ada kerugian materil yang mencapai puluhan juta. Sebab, ada usaha kecil dari anaknya, yakni menjual pakaian. Itu untuk membantu ekonomi keluarga. Namun tidak bisa diselamatkan.

Saat ini, keluarganya mengungsi ke kediaman saudara. Entah sampai kapan. Sebab hingga kini mereka belum memiliki rencana pasti. Mungkin menyewa rumah yang nyaman, dan terjangkau untuk keluarga mereka.

“Masih belum ada rencana. Ini juga keluarga masih syok,” bebernya.

Korban lainnya, Yulita Muhammad (40) mengaku, sumber api yang menyebabkan terjadi kebakaran ini berasal dari rumahnya. Peristiwa itu terjadi saat rumah miliknya tidak ada orang.

“Saya di luar. Kebetulan saya jualan di depan jalan masuk Pelabuhan Fery, tiba-tiba saya lihat asap tebal dari kejauhan keluar dari rumah saya. Saya langsung panik,” ujarnya.

Ibu dari tiga anak ini pun menambahkan, saat itu suaminya juga masih kerja. Sebagai seorang buruh pelabuhan, suaminya tetap stay bekerja hingga sore hari.

“Suami juga tidak di rumah, anak-anak juga. Sedih ketika lihat rumah terbakar dan api besar menjalar ke mana-mana hingga kena rumah lainya,” sebutnya.

Ia mengaku, anaknya masih berada di bangku sekolah, satu masih Sekolah Dasar (SD) sementara dua orang sudah lulus. Dari kejadian ini, semua dokumen baik ijazah dan berkas lainya tidak dapat diselamatkan.

Tarada (tidak ada) yang bisa di-ambel (ambil), saya dari luar, sementara api sudah besar jadi tidak bisa masuk,” terangnya.

Ia berharap kepada pemerintah setempat agar dengan kejadian ini bisa peduli dan berharap diberikan bantuan untuk makan dan tempat tinggal yang layak. Sehingga bisa mengurangi rasa sedih dan trauma usai kebakaran.

“Ya kita berharap, mudah-mudahan ada perhatian dari pemerintah. Tapi kita tetap akan membangun rumah untuk sementara,” pungkasnya.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *