Bolanesia – Leg pertama Liga 2 Indonesia pada Selasa, 5 Maret 2024 yang menyajikan pertandingan antara Persiraja Banda Aceh melawan Malut United FC di Stadion Langsa, mendapat sorotan dari manajemen Malut United FC.

Dalam pertandingan tersebut, sportivitas Persiraja dipertanyakan, karena memang berkali-kali melakukan pelanggaran keras, mendorong dan menarik kerak wasit, dan melakukan protes berlebihan, hingga berujung masuknya penonton ke dalam stadion.

Sejumlah pemain dan ofisial Persiraja bahkan sampai mengejar wasit Cahya Sugandi. Mereka tak terima keputusan wasit di ujung laga yang tak memberikan pinalti ke Persiraja Banda Aceh.

Tak hanya mengejar wasit, kekecewaan pemain dan ofisial Persiraja juga ditumpahkan ke ofisial Malut United yang berada di pinggir lapangan.

Pertandingan ini berakhir 0-0, dan akan dilanjutkan ke leg kedua di Stadion Madya, Jakarta, untuk memperebutkan posisi ketiga mengamankan tiket menuju Liga I Indonesia.

Pelatih kepala Malut United FC, Imran Nahumarury mengatakan, memang banyak yang menilai bahwa pihaknya dirugikan karena keputusan wasit.

“Memang ada yang menyebut Malut banyak dirugikan karena tidak pernah mendapatkan penalti, gol yang tidak disahkan oleh wasit, atau pemain kami banyak menerima perlakuan kasar dari lawan. Tapi, kami tidak ingin mengomentari kinerja wasit karena sudah ada prosedurnya. Kami juga tidak ingin mempermasalahkan hal nonteknis dan melebar ke mana-mana,” ucap Imran.

Baginya, Malut United selalu berusaha menghormati dan menerima semua keputusan wasit sebagai pengadil yang dipercaya di lapangan.

“Kami hanya meminta wasit bertugas sebaik mungkin sebagai pengadil bagi kedua tim yang bertanding,” jelasnya.

Willem D. Nanlohy, COO Malut United, menambahkan pihaknya tidak ingin mempermasalahkan kejadian dan teror yang dialami Malut United di laga perdana.

Willem D. Nanlohy menyebutkan, manajemen tidak ingin mempersoalkan stadion di Langsa yang dianggap tidak representatif untuk menggelar Liga 2.

Seperti ruang ganti yang sangat kecil untuk menampung semua pemain dan tidak menyediakan air conditioner.

“Berapa banyak pelanggaran yang pemain Malut terima di laga perdana oleh pemain-pemain Persiraja? Adakah pemain pemain Malut mengejar-ngejar dan protes kepada wasit? Kan tidak!” ujar mantan pemain Persebaya era 1990-an ini lagi.

Willem menegaskan, dalam 21 pertandingan Liga 2 yang sudah dijalani, tak sekalipun Malut mendapatkan penalti walau pemainnya dijatuhkan lawan di kotak terlarang. Atau bola yang sudah melewati garis gawang namun tidak disahkan menjadi gol oleh wasit.

“Kami selalu berusaha menghormati dan menerima keputusan wasit yang kami percaya menjadi pengadil bagi kedua tim. Untuk pengaduan kinerja wasit ‘kan sudah ada prosedurnya, tak perlu kami menciptakan dan membangun narasi negatif.”

Ia menegaskan, manajemen dan seluruh staf pelatih lebih memilih fokus mempersiapkan pemain Laskar Kie Raha agar bisa mengeluarkan kemampuan terbaik, tampil total di lapangan demi mencari kemenangan.

Termasuk fokus di laga kedua menjamu Persiraja di Stadion Madya, Jakarta, pada Sabtu, 9 Maret 2024 pukul 15.00 WIB.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *