Ternate, HN – Masa kampanye Pemilu Legislatif 2024 memasuki hari terakhir sejak dimulai 28 November 2023 lalu, hingga pada Sabtu, 10 Februari 2024.
Menutup masa kampanye, Yahya Alhadad dari Partai Perindo nomor urut 03 daerah pemilihan Ternate Selatan-Moti menggelar kampanye akbar bertajuk “Tukar Pikiran Bersama Warga”.
Kampanye terakhir ini dilaksanakan di Kelurahan Fitu, Ternate Selatan, Kota Ternate pada Jumat malam, 9 Februari 2024 pukul 20.00-23.08 WIT.
Kampanye terakhir ini Yahya Alahadad menyoroti tiga isu penting, yakni pertama politik uang, kedua politik identitas, dan ketiga sampah, baliho, dan politik.
“Ketiga hal ini jika tidak ditangani secara baik akan sangat berbahaya pada kehidupan kita,” kata Yahya di hadapan warga Fitu.
Ia menjelaskan, politik uang itu praktek pembelian suara dan pemilih atau rakyat akan kehilangan haknya. Hal itu karena suara masyarakat telah dibeli dengan harga Rp200.000-300.000 dan apabila mereka terpilih yang dipikirkan adalah pengembalian modal yang dihabiskannya saat pemilu.
“Jadi tidak bisa heran jika tuntutan hak masyarakat sering diabaikan. Karena suara masyarakat telah dibeli dan politik uang membuat masyarakat kehilangan martabat kemanusiaannya. Inilah bahayanya,” kata Yahya.
Yahya Alhadad mengatakan, akibatnya sehingga banyaknya penggangguran di kalangan pemuda dan berakhir dengan sering terjadi tawuran. Contoh kasus lain misalnya, ibu-ibu di Fitu yang jualan ikan di pinggir jalan, dan tidak ada rasa peduli sama sekali oleh pemerintah maupun DPR. Beginilah dampak buruk politik uang.
“Mestinya pemerintah menyiapkan pasar di Kelurahan Fitu. Selain keselamatan, juga menekan biaya transportasi dan akan terjadi rebutan tempat jualan di pasar yang akhirnya terjadi konflik dengan orang-orang di Pasar Bastiong dan Gamalama,” jelasnya.
Ia mengaku, jika pemerintah tidak mengakomodir kepentingan masyarakat, maka DPR bisa menggunakan hak veto untuk tidak mensahkan APDB.
“Jika saya dipercayakan oleh warga Fitu untuk menjadi dewan maka hal ini yang akan saya lakukan di semua sektor pembangunan yang menjadi prioritas masyarakat.”
Yang berikut terkait politik identitas. Politik identitas itu praktek politik tidak etis dan dapat merusak kebersamaan, kekeluargaan, dan keharmonisan sosial. Karena ada manipulasi identitas seperti suku, etnis, agama, dan ras di sana.
“Bahayanya politik identitas dapat memicu konflik dan merusak demokrasi. Politik identitas harus dihindari demi untuk menjaga nilai persaudaraan dan terciptanya demokrasi yang baik dan terbuka,” ungkap caleg nomor urut partai Perindo itu.
Yang terakhir adalah masalah sampah, baliho, dan politik. Masalah paling mendesak di Kota Ternate adalah sampah. Pada tahun 2023 volume sampah mengalami peningkatan sebanyak 180 sampai 200 ton per hari, dibandingkan tahun 2022 sebanyak 120 ton per hari.
“Artinya bahwa jika sampah tidak ditangani secara baik sudah bisa dipastikan akan mengalami peningkatan setiap tahun,” kata Yahya.
Mengutip informasi dari media mongabay, Yahya mengataka baliho-baliho menyebabkan terjadi polusi visual atau mengganggu keindahan suatu kawasan kota dan berdampak negatif. Misalnya pesona keindahan kehilangan daya tarik, hilangnya kekhasan suatu kawasan kota, meningkatkan budaya konsumtif, gangguan media seperti stres, sakit kepala, dan membahayakan keselamatan pengendara karena mengganggu konsentrasi.
Dari segi lingkungan, menggunakan laporan Forrst Digest, Yahya menjelaskan baliho kampanye turut menghasilkan emisi karbon cukup besar. Sebab baliho mengandung bahan kimia berasal ‘dari pengolahan minyak bumi yang biasanya digunakan membuat plastik.
“Berdasarkan berhitungan, jika 1×1 meter baliho beratnya 300 gram, maka emisi karbon dihasilan 1 kilogram setara Co2. Saat menjadi sampah, baliho hasilkan gas rumah kaca yang berbahaya saat mengotori atmosfer,” paparnya.
Pada kesempatan ini, Yahya Alhadad tak luput mengajak masyarakat untuk bangun budaya politik dengan merawat demokrasi sekaligus merawat lingkungan.
“Bangun politik dengan akal sehat,” tutup Yahya Alhadad.