
Ternate, HN – AKAR PALA atau akronim dari Apresiasi Karya Penyanyi Lawas Daerah adalah sebuah persembahan dari NOMAT (North Moluccas Art Community). Kegiatan ini akan berlangsung pada Sabtu, 27 Januari 2024, di Benteng Oranje, Ternate.
“AKAR PALA sejatinya dimaknai sebagai identitas.. AKAR PALA sejatinya adalah transfer nilai yang akan terus mengakar dan mengokohkan setiap perjalanan dalam proses berkesenian, dengan harapan agar kita bisa saling peduli, saling membesarkan, saling mendukung dan saling menjaga, hal ini menjadi keharusan, menjadi hal mutlak dan menjadi harapan besar yang harus dilakukan,” tulis Adi, melalui siaran persnya, Kamis, 25 Januari 2024.
Ia mengatakan, melalui AKAR PALA jembatan silaturahmi harus terus dibina dan dibangun untuk saling mengingatkan, lalu menjadi kuat serta besar secara bersama dan kegiatan ini menjadi salah satu sarananya.
“AKAR PALA adalah pertemuan ruang kreasi dalam bingkai kebersamaan. AKAR PALA terlahir dari ruang diskusi dan bentuk kegelisahan kami sekelompok anak muda yang menamakan diri NOMAT,” ucapnya.
“Dalam 15 tahun perjalanan karya dalam berkomunitas, melalui proses berkesenian kemudian lahirlah satu gagasan atau ide membentuk kegiatan dengan tema AKAR PALA, sebagai bentuk apresiasi karya kepada penyanyi lawas daerah Maluku Utara dan sebagai rasa kepedulian kami, memberi penghargaan kepada mereka,” sambungnya.
Adi menuturkan, hal ini tentunya menggugah rasa hormat sesama seniman Moloku Kie Raha kepada mereka yang berkarya dengan lagu-lagu lawas pop daerah Maluku Utara dan pernah hits pada masanya untuk diperkenalkan kembali.
Lewat AKAR PALA, pihaknya akan membawakan lagu-lagu lawas dalam genre musik yang bebeda dan apik, dipadukan dengan nuansa musik tradisional, menghadirkan penyanyi maupun penciptanya sebagai wujud penghargaan dalam Malam Penganugerahan Karya.
“Selain itu juga akan ada penyerahan apresiasi berupa plakat kepada penyanyi maupun pencipta lagu yang kami bawakan karyanya sebagai wujud penghargaan kami atas karya mereka serta persembahan perform musik tradisonal dari kami dengan nama Cako Tiva,” jelasnya.
Ia berharap, dengan kegiatan ini dapat menjadi pemantik dan perhatian bersama dari seluruh stakeholder pada kemajuan kebudayaan Maluku Utara.
“Besar harapan kami kegiatan ini kemudian tidak selesai sampai di sini, tapi bisa lebih jauh lagi ke depannya dengan membangun jaringan untuk saling menguatkan lintas komunitas dan yang lainnya. Bersatu torang kuat,” pungkasnya.