Ternate, HN – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Ternate telah menerima hasil uji laboratorium dari Water Laboratory Nusantara di Kota Manado, Sulawesi Utara, terkait ikan mati di pesisir Kelurahan Sasa, Ternate Selatan, beberapa waktu lalu.
Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLH Kota Ternate, Syarif Tjan, mengungkapkan penyebab ribuan ikan yang mati di bibir pantai Kelurahan Sasa disebabkan karena limbah organik dari dua pabrik tahu dan air detergen warga setempat.
“Setelah memperoleh hasil laboratorium yang diuji selama 10 hari, terungkap bahwa penyebab ikan mati itu karena limbah pabrik tahu dan air sisa cucian detergen dan pertanian warga setempat,” ungkap Syarif, Rabu, 27 September 2023.
Meski begitu, lanjut Syarif, pihaknya akan mengambil sampel dari pabrik tahu, selanjutnya memeriksa limbah parameter air limbah yang keluar dari IPAL pabrik tersebut.
“Apakah sudah sesuai baku mutu air limbah atau melebihi baku mutu air,” katanya.
Menurut dia, dua pabrik itu memang telah mengantongi IPAL, hanya saja volume IPAL yang tidak memadai untuk penampungan limbah, sehingga langkah yang harus diambil adalah menambah daya tampung.
“Agar kompartemen untuk retensi time air limbah dan proses limbahnya maksimal,” ucap Syarif.
Selain itu, kata Syarif, perlu juga dibuat biodigester untuk mempercepat pembusukan bahan organik atau menangkap gas metana sehingga bisa menampung air limbah, sebelum masuk ke IPAL.
“Kita juga punya langkah lain yakni menanam mangrove di area sekitar, agar sedimen yang mengandung lemak limbah organik bisa direduksi,” jelasnya.
Ia menambahkan, ada juga parameter yang menjadi penyebab ikan mati, di antaranya Fosfat, Amonia, Nitrat dan Hidrogen Sulfida (H2S). Tiga parameter ini yang meningkat, bila limbah organik masuk ke lingkungan perairan pantai.
“Tiga parameter itu penyebab ikan mati,” pungkasnya.