
Halteng, HN – Hasil uji kualitas Sungai Sagea, Halmahera Tengah, yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Maluku Utara untuk kedua kalinya telah keluar. Hasilnya, sungai yang sempat berubah warna kecoklatan karena diduga tercemar aktivitas tambang itu masih aman untuk digunakan.
Dalam pengujian kedua pun DLH tetap menggandeng lembaga penguji PT Analitika Kalibrasi Laboratorium (Ankal) yang berada di Kota Bogor, Jawa Barat. Lembaga ini telah mendapat akreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN).
Kepala DLH Malut, Fachruddin Tukuboya, dalam rilisnya mengungkapkan, Sungai Sagea merupakan jenis sungai kelas 2, yakni sungai yang airnya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Pengambilan sampel air sungai untuk diuji dilakukan pada 12 September 2023 di dua titik, yakni hulu (399765, 54208) dan hilirnya (0° 27′ 44,66″ S, 128° 05′ 38,34″ E). Sungai Sagea sendiri mulai keruh sejak akhir Juli 2023 dan puncak kekeruhannya terpantau pada akhir Agustus.
“Pengujian kualitas air dilakukan DLH sebagai langkah cepat dan terukur untuk memastikan kondisi Sungai Sagea,” kata Fachruddin, Selasa, 26 September 2023 melalui rilis yang diterima halmaheranesia.
“Sampling dilakukan sesuai SNI 8995:2021 tentang metode pengambilan contoh uji air untuk pengujian fisika dan kimia,” jelasnya.
Berikut hasil uji kualitas air kedua Sungai Sagea:
Total Dissolved Solid (TDS)
Merupakan jumlah padatan terlarut, kandungannya harus berada di bawah 1.000 mg/l untuk menjaga oksigen serta fotosintesis makhluk hidup di perairan. Hasil pengujian menunjukkan TDS di hulu Sungai Sagea adalah 109 mg/l dan hilir 425 mg/l, masih berada di bawah Baku Mutu.
Total Suspended Solid (TSS)
Padatan yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan anorganik yang dapat disaring dengan kertas milipore berpori-pori 0,45 mikrometer. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, bakteri, dan jamur. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity). TSS hulu Sungai Sagea <10 mg/l dan hilir <10 mg/l, masih di bawah Baku Mutu 50 mg/l.
pH
Merupakan derajat keasaman air. pH air harus dijaga pada keadaan normal (6-9). Hasil pengujian menunjukkan pH Sungai Sagea masih berada pada rentang normal (7,88 dan 6,79). Derajat keasaman yang stabil menunjukkan air mengalir tidak melewati sedimen/batuan yang bersifat asam.
Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Parameter pengukuran jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk mengurai hampir semua zat organik yang terlarut dan tersuspensi dalam air. BOD hasil pengujian di hulu sungai adalah 1,7 mg/l dan hilir <1 mg/l, masih berada jauh di bawah Baku Mutu (3 mg/l) sehingga masih dapat mendukung proses penguraian secara alamiah di Sungai Sagea.
Chemical Oxygen Demand (COD)
Merupakan banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik. Hasil pengujian menunjukkan nilai COD di hulu sungai <4 mg/l dan hilir sungai 6,3 mg/l, masih berada di bawah Baku Mutu 25 mg/l. Kondisi COD ini membantu menjaga kandungan oksigen terlarut sehingga proses mikrobiologis dapat berlangsung dengan baik.
Dissolved Oxygen (DO)
Adalah kandungan oksigen terlarut, di mana semakin tinggi kandungan oksigen maka semakin baik bagi kehidupan biota perairan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa DO di hulu sungai adalah 5,24 mg/l dan di hilir sungai 5,6 mg/l. Jika dibandingkan dengan hasil uji sebelumnya (5,66 mg/l) maka kondisi ini menunjukkan kestabilan DO pada Sungai Sagea yang masih berada pada kondisi yang baik sesuai Baku Mutu.
Logam Berat
Hasil pengujian parameter logam berat menunjukkan bahwa seluruh parameter berada di bawah Baku Mutu. Di mana hasilnya adalah Merkuri (Hg) (0,0004 mg/l dan 0,0001 mg/l), Selenium (Se) (<0,001 mg/l dan <0,001 mg/l), Arsen (As) (<0,001 mg/l dan <0,001 mg/l), Besi (Fe) (0,2 mg/l dan 0,2 mg/l), Kadmium (Cd) (<0,001 mg/l dan <0,001 mg/l), Kobalt (Co) (<0,005 mg/l dan <0,005 mg/l), Mangan (Mn) (<0,05 mg/l dan 0,01 mg/l), Nikel (Ni) (0,009 mg/l dan 0,01 mg/l), Seng (Zn) (0,04 mg/l dan 0,04 mg/l), Timbal (Pb) (<0,01 mg/l dan <0,01 mg/l), Tembaga (Cu) (<0,005 mg/l dan <0,005 mg/l), dan Magnesium (Mg) (<1 mg/l dan <1 mg/l).
Kandungan logam berat ini apabila berada di atas Baku Mutu dan pada konsentrasi yang tinggi, jika mengendap dalam tubuh berpotensi menyebabkan berbagai penyakit toksik dan karsinogenik.
Berdasarkan hasil uji yang menunjukkan seluruh parameter kualitas air masih sesuai Baku Mutu, DLH berkesimpulan air Sungai Sagea pada kondisi dan kategori aman untuk digunakan sesuai fungsi sungai kelas 2.
“Kualitas air ini masih sangat mendukung biologi dan fisika yang terjadi di Sungai Sagea,” sebut Fachruddin.
Ia menambahkan, setelah menerima hasil uji kualitas air pertama pada 11 September, ia langsung memerintahkan pengambilan sampel air terbaru untuk diuji kembali. Dengan begitu ada perbandingan kondisi air secara berkala.
“Kami juga mempersilakan pihak mana pun melakukan pengujian kualitas air Sungai Sagea menggunakan lembaga yang diinginkan. Nanti hasilnya kita diskusikan bersama,” pungkasnya.