
Ternate, HN – Sampah-sampah itu berserakan dan baunya ke mana-mana. Bukan pemandangan biasa, sebab tumpukan sampah ini berada tepat di bawah rumah panggung warga.
Itu yang diingat Iskandar Abdurahman, Ketua Komunitas Sadar Sampah Kota Ternate (Kossakate), saat pertama kali mulai menginsiasi pembentukan komunitas dan menjalankan gerakan pungut sampah pada tahun 2017 di Kota Ternate, Maluku Utara.

Gerakan itu pula yang membawa namanya semakin familier dan akhirnya menyabet penghargaan Astra Award.
Iskandar melalui aplikasi layanan konferensi video bersama sejumlah jurnalis menceritakan, kesadaran itu memang bermula dari rasa kegelisahan melihat banyaknya sampah yang tak terurus, terutama di kompleks Lelong, Kelurahan Makassar Timur, Kecamatan Ternate Tengah.
Di kawasan ini, memang terdapat sejumlah rumah panggung yang ditempati warga. Dekat sekali dengan laut dan juga tak jauh dari aktivitas Pasar Gamalama.
“Sejak tahun 2017 (mulai bergerak) dan anggota komunitasnya berasal dari kalangan remaja,” ucap Iskandar, Kamis, 7 September 2023.
Ia mengatakan, kala itu tempat tinggal warga di kompleks tersebut, terlihat berserakan tumpukan sampah yang sangat banyak.
“Kita dipertontonkan dengan kondisi masyarakat yang hidup di atas tumpukan-tumpukan sampah. Itu yang membuat kami bergerak memungut sampah-sampah tersebut,” ungkap pria yang saat ini aktif sebagai ASN di Pemkot Ternate.
Gerakan ini kemudian terus meluas, melibatkan lebih banyak lagi orang dan instansi. Dari satu tempat ke tempat lain, terutama menyasar kali mati serta pesisir pantai yang kerap menjadi titik tumpukan sampah.
Mereka lalu bersama masayarakat, Pemerintah Kota Ternate, bahkan TNI/Polri saat itu pun turut terlibat memungut sampah-sampah di sejumlah wilayah di Kota Ternate.
“Ada juga cerita lucu, karena banyak menemukan jenis-jenis sampah yang beragam, dari sampah rumahan, sampai-sampai (maaf) ada pakaian dalam yang dibuang ke kali mati,” katanya.
Iskandar mengaku, upaya untuk menghadirkan kesadaran ke tengah masyarakat agar tidak lagi membuang sampah sembarangan kala itu sedikit berbeda dengan saat ini.
Mereka sejatinya lebih kerap mengajak anak muda atau warga untuk terlibat dengan gerakan sadar sampah ini dengan pendekatan ajakan per orang atau melalui seleksi administrasi.
“Kita siapkan formulir dan mengajak mereka, menerangkan kepada mereka bahwa kerja-kerja ini tidak gaji, tapi ini menjadi tanggung jawab bersama, karena kalau bukan kita, siapa lagi,” ucapnya.
Menurutnya, harapan untuk mengajak anak-anak muda mau turun bersama memungut sampah masih ada, apalagi dengan meluasnya platform media sosial yang semakin berkembang.
“Dulu yang masif itu Facebook, kita sering ajak lewat itu, TikTok belum naik (seperti sekarang). Jadi sekarang harapan itu masih ada,” pungkasnya.