Ternate, HN – Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Khairun (Unkhair) menggelar Seminar dan Lokakarya Nasional (Semloknas) Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia (FKPTPI) wilayah Indonesia timur dan konferensi internasional.
Konferensi internasional ini bertajuk, “Strengthening Resiilience of the Agricultural Sector in Supporting Sustainable Development Through the Integrated MBKM Program” pada tanggal 23-24 Agustus 2023 di Gamalama Ball Room, Bella International Hotel Ternate.
Ketua panitia kegiatan, Dr. Sri Soenarsi DAS, dalam kesempatan itu mengatakan kegiatan tahunan ini dalam rangka aktualisasi keilmuan pertanian serta pengembangan akademik.
“Pada kegiatan ini telah dihadiri oleh sejumlah utusan, baik dari Badan Pangan Nasional (BPN) dari Kementerian Pertanian, Gubernur Maluku Utara, Wali Kota Ternate dan Tidore, para dekan dan civitas akademika Fakultas Pertanian,” kata Soenarsi, Rabu, 23 Agustus 2023.
Menurutnya, dalam kegiatan ini diawali dengan sesi forum dekan dan program studi serta sesi ilmiah bagi para pemateri. Untuk peserta kegiatan telah tercatat sebanyak 150 orang, terdiri dari anggota FKPTI dan peserta seminar.
“Sehingga akan dikelompokkan dalam beberapa bidang, yakni agrobisnis, agroteknologi, kehutanan, pangan, dan umum. Kemudian selanjutnya dilaksanakan forum dekan dan program studi yang berasal dari puluhan delegasi dari perguruan tinggi,” jelasnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian Unkhair, Ir. Lily Ishak, mengaku melalui seminar ini diharapkan ada kontribusi dari delegasi, sekaligus berbagi hasil penelitian yang mungkin bisa dipakai untuk memperbaiki sistem produksi pertanian, terutama rempah agar lebih baik di masa yang akan datang.
“Sehingga yang diiming-imingi oleh Kementerian Pertanian bahwa kita ingin mengembalikan masa kejayaan rempah yang pernah terjadi di abad 16-17 itu bisa kembali lahir dan berjaya di era digital ini,” ungkapnya.
Ia menambahkan, jika diikuti perkembangan rempah terutama pala dan cengkih di Maluku Utara, dinilai sangat mendukung sektor perekonomian, apalagi pada sektor perkebunan sebelum pertambangan masuk di wilayah ini. Tetapi, ketika pertambangan muncul, ada pergeseran pada bidang pertanian.
“Dan itu sangat stagnan, sebab sistem produksi pertanian kita masih sangat tradisional, dan juga membuat mindset petani berubah, kebijakan pemerintah juga ikut berubah, dan stagnannya di situ, level produksi pertanian hanya di situ,” ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, fokus pembahasan dalam kegiatan ini adalah pangan, sebab pulau-pulau kecil di Maluku Utara itu sebenarnya punya potensi rawan pangan yang cukup tinggi. Bahkan, ini telah dialami dan terjadi diera Covid-19 lalu.
“Tapi kita tidak bisa berdiam, karena kita tidak tahu ke depan bencana apalagi yang akan terjadi. Jadi pangan dalam hal ini tanaman hortikultura harus didobrak untuk masyarakat petani Maluku Utara yang kulturnya adalah bertanam tanaman tahunan,” pungkasnya.
Gubernur Maluku Utara, Abdul Gani Kasuba, yang diwakili Asisten III Ir. Asrul Gailea, menambahkan bahwa berbicara tentang dunia pertanian maka berdasarkan data tahun 2022, sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 2,25 persen, dimana dihitung berdasarkan kinerja perekonomian Indonesia dari sisi lapangan usaha dan sektor pertanian menjadi salah satu sektor penunjang utama dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
“Sebagai negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehadiran Perguruan Tinggi Pertanian merupakan sebuah wadah tepat dalam menciptakan sumber daya manusia di bidang pertanian yang handal,” jelas Asrul.
Ia berharap, kualitas SDM yang tumbuh tidak hanya berkaitan dengan intelektual, tetapi juga berkaitan dengan karakter individu, seperti optimisme menyongsong masa depan, pekerja keras, dan pantang menyerah, serta kemampuan mengelola sumber daya alam pertanian di Indonesia.
“Pertanian menjadi salah satu sektor penting dalam sistem perekonomian Indonesia. Kondisi iklim dan sumber daya alam yang mendukung juga membuat pertanian di Indonesia mengalami kemajuan seiring berjalannya waktu. Sejak masih dikerjakan manual menggunakan tenaga hewan dan manusia, hingga kini menggunakan alat-alat canggih,” ungkapnya.
Keberhasilan sektor pertanian, kata dia, tentu merupakan hasil kerja sama antara para petani, pelaku di bidang pertanian dan pemerintah.
Hal tersebut dapat dilihat dari kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, di antaranya adalah program optimalisasi pemanfaatan lahan, peningkatan produktivitas, penggunaan bibit unggul, serta peningkatan kualitas untuk peningkatan nilai tambah komoditas.
“Jadi diharapkan agar kegiatan Seminar dan Lokakarya Nasional ini menjadi ajang untuk berbagi dan bertukar pengalaman antarrekan kerja. Sehingga para peserta bisa mendapatkan pengetahuan baru dan bisa meningkatkan kualitas kerja yang mereka miliki dalam lingkup dunia kerja, khususnya pertanian,” pungkasnya.