Danau Tolire Besar merupakan kawasan wisata yang tumbuh dengan legenda yang dipercaya banyak orang. Cerita yang berkembang menyebut Danau Tolire Besar sebagai kampung yang tenggelam.
Masyarakat lokal percaya bahwa jauh di dasar Danau Tolire Besar terdapat satu kampung yang menerima murka alam semesta karena perbuatan tidak senonoh antara ayah dan anak kandungnya.
Cerita legenda tersebut pun dibenarkan oleh salah satu tokoh masyarakat setempat.
“Buaya putih itu dipercaya sebagai penjaga danau yang merupakan jelmaan masyarakat kampung yang tenggelam tersebut,” kata salah satu tokoh masyarakat.
Mitos-mitos yang berkembang turut melestarikan lingkungan
Hingga saat ini, cerita atau mitos mengenai Danau Tolire Besar masih menempel sebagai identitas danau tersebut. Di samping cerita mengenai buaya putih yang dibenarkan tokoh
setempat, turut berkembang juga mitos lempar batu.
Mitos tersebut dipercaya bahwa apabila batu dilempar ke arah danau, batu tersebut tidak akan bisa sampai bawah melainkan akan kembali lagi ke tempat asal lemparan.
Legenda yang berkembang menyebutkan hal tersebut terkait dengan perbuatan sopan santun seseorang.
“Ini ga boleh melempar karena balik lagi ke masalah legenda itu yang tadinya kampung yang tenggelam. Kalau tetap melempar itu dianggap tidak sopan karena sebenarnya ada kampung dan kehidupan di situ,” ungkap Junaedi, selaku pengelola Wisata Danau Tolire Besar.
Meskipun demikian, mitos yang tumbuh dan beredar mengenai Danau Tolire Besar tersebut terjaga sebagai penyeimbang lingkungan. Buaya yang dipercaya sebagai jelmaan orang
terdahulu sebenarnya merupakan buaya muara yang memang hidup di habitatnya seperti Danau Tolire Besar.
Menurut Dedi, selaku anggota komunitas Pencinta Reptil bahwa buaya muara di danau ini dapat menjadi perantara baik untuk menjaga kelestarian lingkungan di tempat tersebut.
“Sebenernya larangan adat ini untuk seperti undang-undang atau aturan supaya orang-orang bisa mematuhi dan menjaga lingkungan tersebut,” ujar Dedi.
Ia menambahkan, bahwa cara tersebut dapat mencegah orang-orang berbuat lebih jauh yang akhirnya dapat berisiko bagi orang tersebut maupun lingkungannya.
Keindahan dan keunikan yang mudah dinikmati
Mitos dan legenda yang beredar selama ini menjadi keunikan dan daya tarik bagi wisatawan. Mereka dapat datang menikmati keindahan alam yang mengelilinginya sekaligus mengagumi
cerita yang tumbuh di baliknya.
Banyak wisatawan datang selain alasan keindahan yang dapat dinikmati juga kemudahan akses menuju lokasi. Untuk dapat sampai ke sana, wisatawan bisa melewati jalanan dengan akses yang mudah untuk motor, mobil, hingga angkutan kota. Rute tersebut dapat ditempuh sekitar 60 menit dari pusat kota menggunakan mobil.
Sampai di lokasi setelah perjalanan yang cukup jauh dari pusat kota, wisatawan langsung disuguhkan dengan hijaunya pepohonan berpadu dengan hijaunya air danau yang tenang.
Setiap harinya, tempat wisata Danau Tolire Besar beroperasi mulai pukul 08.00 WIT hingga pukul 17.00 WIT. Tarif masuk yang dibebankan kepada pengunjung pun cukup murah yaitu dengan total harga tiket sebesar Rp 2.500, pengunjung dapat menikmati keindahan Danau Tolire Besar dari tepi tebing.
Dari cerita-cerita legenda yang memikat hingga keindahan alam yang tidak bisa dibantah, sudah selayaknya danau ini dijaga agar keajaiban dan legenda di dalamnya akan terus mempesona dan menjadi warisan yang abadi bagi generasi mendatang. (*)
____
Penulis: Nisa Asfiya Husna | Mahasiswa KKN UGM di Kota Ternate