Ternate, HN – Badan Pusat Statistik (BPS) Maluku Utara (Malut) mencatat, persentase penduduk miskin di provinsi ini pada Maret 2023 sebesar 6,46 persen atau mengalami kenaikan 0,09 persen poin pada September 2022 dan naik 0,23 persen poin pada Maret 2023.
Kepala BPS Malut, Aidil Adha, mengatakan jumlah penduduk miskin di Provinsi Maluku Utara pada Maret 2023 sebesar 83,80 ribu orang, atau naik 1,66 ribu orang terhadap September 2022 dan naik 3,93 ribu orang terhadap Maret 2023.
Sedangkan berdasarkan persentase penduduk miskin perkotaan pada September 2022 sebesar 6,17 persen, naik menjadi 6,23 persen pada Maret 2023.
Sementara persentase penduduk miskin perdesaan pada September 2022 sebesar 6,45 persen, naik menjadi 6,55 persen pada Maret 2023.
“Kalau dibandingkan pada September 2022, jumlah penduduk miskin pada Maret 2023 di perkotaan naik sebanyak 0,46 persen (dari 22,94 ribu orang pada September 2022 menjadi 23,40 ribu orang pada Maret 2023).”
“Sementara itu, pada periode yang sama jumlah penduduk miskin perdesaan naik sebanyak 1,20 persen (dari 59,19 ribu orang pada September 2022 menjadi 60,39 ribu orang pada Maret 2023),” kata Aidil dalam rilis resmi yang diterima halmaheranesia, 17 Juli 2023.
Selain itu, untuk Garis Kemiskinan pada Maret 2023 tercatat sebesar Rp 564.733/kapita/bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp 433.630,-(76,78 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp 131.101,- (23,22 persen).
Pada Maret 2023, secara rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 6,30 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata adalah sebesar Rp 3.557.818,-/rumah tangga miskin/bulan.
Aidil menyebutkan, secara umum pada periode Maret 2016 – Maret 2023, tingkat kemiskinan di Maluku Utara cenderung berfluktuatif. Pola yang berbeda terjadi dari Maret 2017 hingga September 2019 yang menunjukkan pola semakin meningkat.
Sementara itu, kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode Maret 2020 dan September 2020 disebabkan oleh adanya pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia, tidak terkecuali Maluku Utara, karena sejak Maret 2021 sampai Maret 2022 kemiskinan Malut mengalami penurunan, tetapi pada September 2022 dan Maret 2023, kemiskinan Malut kembali naik.
Tapi Ekonomi Tumbuh…
Sementara berdasarkan laporan keuangan Maluku Utara yang diterbitkan Bank Indonesia melalui website resmi bi.go.id menyebutkan, perekonomian Provinsi Maluku Utara pada triwulan IV 2022 tumbuh sebesar 17,74 persen (yoy), tetap tumbuh tinggi meskipun mengalami deselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 23,28 persen (yoy).
Maluku Utara menjadi provinsi dengan pertumbuhan ekonomi kedua tertinggi di Indonesia untuk periode triwulan IV 2022, bersama dengan Sulawesi Tengah sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi, serta Nusa Tenggara Barat dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi ketiga.
Disebutkan, dilihat dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi tetap didorong oleh pertumbuhan masif ekspor luar negeri sejalan dengan terus meningkatnya produksi komoditas hilir nikel, serta pertumbuhan investasi yang masuk sejalan dengan rencana pembangunan smelter di Maluku Utara.
Dilihat dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara ditopang oleh tingginya pertumbuhan dari sektor pertambangan dan industri pengolahan sejalan dengan tingginya realisasi produksi ore nikel yang dihilirisasi, serta dari administrasi pemerintahan seiring semakin pulihnya kondisi ekonomi yang memengaruhi peningkatan mobilitas dan proyek pembangunan di Maluku Utara.