Ternate, HN – Kegiatan pekan literasi Ternate Membaca (Terbaca) ke-6 akhirnya resmi dibuka pada Minggu sore, 9 April 2023 di kawasan Benteng Oranje.

Ternate Membaca kali ini dengan tajuk “Iqra, Generasi Berkecerdasan dan Berkeadaban” akan dimeriahkan juga sejumlah rangkaian kegiatan dan berlangsung selama empat hari.

Kegiatan-kegiatan tersebut di antaranya, Pameran Buku, Panggung Sastra (Monolog, Puisi), Apresiasi Karya, Berbagi Cerita Penulis, Literasi Sekolah, Literasi Musik Tradisional, dan Diskusi/Tukar Pikiran soal Ternate.

Pembukaan salah satu event literasi terbesar di Maluku Utara ini dihadiri sejumlah tokoh, pegiat dan komunitas literasi, mahasiswa, media hingga pejabat. Hadir juga Sultan Tidore, Husain Sjah, yang mengambil peran membuka Ternate Membaca ke-6 secara resmi.

Penggagas Ternate Membaca, M. Sofyan Daud, dalam sambutannya mengatakan gagasan kegiatan Ternate Membaca ini lahir sejak tahun 2016 lalu hingga saat ini. Hal ini karena bentuk kerja sama antara banyak pihak.

“Alhamdulillah, secara perlahan kita telah membangun satu ekosistem. Sesuatu yang memang penting sekali bagi sebuah gerakan kebudayaan,” kata Abang Sof, sapaan akrab Sofyan Daud.

Ia menambahkan, kalau ekosistem ini tidak dibangun, maka seluruh kegiatan-kegiatan seperti ini hanya bergantung pada individu, atau pada musim, atay pada satu kondisi.

“Jadi biasanya, ada fase dimana grafiknya meningkatk, karena memang orang di satu zaman tertentu akan bertemu, lalu energinya sangat besar. Kemudian pada waktu yang lain, grafiknya menurun, dan kita kemudian menunggu lagi momentum yang selanjutnya, dan itu terus terulang berkali-kali,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, gerakan literasi di Ternate pada umumnya bukan gerakan yang baru, tapi ini sudah sejak lama digagas. Bahkan, peradaban dengan literasi yang kuat ini dibangun sejak dulu.

“Misalnya tradisi lefo, atau orang menyebutnya proses, bukan bendanya atau satu benda hasil, tapi soal proses literasinya. Di sini biasanya terlihat di majelis-majelis atau di masa lalu disebut juga Pangaji. Sehingga, saya kira kita memiliki latar belakang tradisi literasi yang kuat,” tuturnya.

Ia mengaku, gerakan-gerakan literasi itu akan tumbuh secara parsial lalu kemudian menemukan satu ruang dan titik temu yang bersinergi, sehingga dari sinergitas itu bisa mendorong satu kegiatan literasi baru yang lebih baik.

“Kita berharap kegiatan ini ke depan bisa berkelanjutan dan menjadi sesuatu yang berkontribusi secara signifikan dalam menumbuhkan gerakan literasi di Maluku Utara,” pungkasnya.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *