Sebab Mencintaimu
buat Tan
Sebab mencintaimu adalah anugerah
aku tak ingin lagi menduga-duga
dari mana bahagia itu datang
ketika aku lelah dan kosong dan butuh pangkuan
dan kau membentangkan dadamu selapang-lapangnya
dan aku merasakan seperti berada di teluk
di atas perahu yang kaulepas dengan senyum
sambil berkata, pergilah dengan rindu
dan pulanglah dengan cinta.
Sebab mencintaimu adalah anugerah
aku cuma ingin memberimu bahagia
meski menujunya jalannya terjal dan berliku
sebagaimana jalan menuju tanah ibumu dan tanah ibuku
aku harus menaklukkan gelombang, bukit-bukit menjulang
dan kesabaran mesti aku tanam, aku tumbuhkan,
dan aku rawat berulang-ulang.
2022.
Tapi Kini Kau Tidak Sendiri
Nasib membawa aku ke banyak tempat
dan aku tak tahu di mana akan menetap
apakah di sini; di rumah yang memaksa
aku berkali-kali menjadi palu dan pisau
atau di sana; di rumah yang membuat
aku lupa apa itu benalu dan apa itu risau
yang lautan dan daratannya membuat aku mengerti
bahwa kasih tak hanya bersumber dari satu dada
bahwa cinta tak akan tumbuh dari dada-dada
yang penuh angka dan prasangka.
Nasib membawa aku ke banyak tempat
bila aku harus memilih
aku ingin menetap di dada ibu:
bumi yang ketika aku berdiri di atas bukit
dan kutengok ke timur, lautan biru luas membentang
perahu-perahu berhamburan di tepian dan lautan
bumi yang ketika aku berdiri di atas laut dan
kutengok ke barat, pohon-pohon hijau
mendamaikan mata-menembus dada.
Nasib membawa aku ke banyak tempat
tapi kini aku tidak sendiri
maka untuk pulang pun aku harus bertanya.
2022.
Aku Ingin Mengajarimu
Aku ingin mengajarimu kembali
bagaimana cara duduk di atas batu dan berdiri
di tepi pantai, memegang totobe dan kokoloko
sambil melempar umpan ke laut. Atau masuk
ke dalam laut bersembunyi di antara batu-batu
memegang jubi-jubi sambil membidik mata ikan.
Aku ingin mengajarimu kembali
bagaimana cara menarik perahu dan mendorongnya
kemudian mendayungkannya ke tengah laut, untuk
nasib yang lapar di darat dan ikan-ikan yang lapar di laut.
Aku ingin mengajarimu
tapi bagaimana caranya
sedangkan aku sendiri pun tak tahu
di batu mana aku harus duduk, di tepian mana aku harus berdiri
di lautan mana aku harus berlabuh, melempar sauh dan melepas mata kail
sebab tepian dan lautan tinggal kunang-kunang di batas malam
cuma bisa aku kenang, tak bisa lagi aku pinang meski dengan linang.
Weda, 2022.
—————————
totobe: alat pancing dari bambu
kokoloko: alat pancing dari kayu dan bamboo
Dalam Pelayaran ke Ternate
Aku kembali melayatmu
tanpa penyayang, tanpa yang disayang
di bawah bulan aku pergi seolah sendiri
meninggalkan tanah abdi, meninggalkan tanah ibu
meninggalkan pulau-pulau yang pernah menyusuiku
di haluan kapal aku duduk sambil sesekali berdiri
tubuhku memang berada di atas laut, berada di dadamu;
mesin-mesin itu mendorongnya, menggesernya tanpa jeda
tapi tidak perasaan dan pikiranku, ia seolah tinggal
ia seolah singgah; tinggal di Morotai, singgah di teto babao
singgah di Pulau Doi, singgah di setiap pulau yang ia lewati
pukul enam fajar pecah di atas puncak Gamkonora
ia jingga seperti saat aku pergi meninggalkan rumah
pukul delapan aku tiba di Ternate
di pelabuhan ahmad yani aku turun
tanpa isi dada dan isi kepala.
2022.
———-
teto babao: batu timbul di Supu, Loloda
gamkonora: gunung berapi di Halmahera.
Kata Ibu Kepada Dua Anak Lelakinya
Setelah ayah pergi
ibu berkata kepada dua anak lelakinya,
yang kami tanam
yang telah tumbuh
yang telah berbuah
yang telah berbunga
adalah milik semua
yang lahir dari rahim kami
yang kalian tanam
yang akan tumbuh
yang akan berbuah
yang akan berbunga
adalah milik kalian
yang menanamnya.
2022.
Setelah Hari Sabtu
Setelah hari Sabtu
alamat kita cuma satu
ke Kali
di deras airnya
kita selami hidup
yang telah Tuhan beri
dengan kasih.
Setelah hari Sabtu
di Weda ayah dan ibu ke gereja
sementara kita di sini masih saling mengeja
ke dada siapa rindu akan kita terjemahkan.
2022.
Papa Akhirnya Menyerah
Papa akhirnya menyerah
kemudian papa serahkan semua kebun miliknya
yang di dalamnya sudah papa tanam janji dan sumpah
papa serahkan dengan bangga, papa serahkan dengan gembira
seperti leluhur papa menyerahkan Maluku dan Papua kepada Indonesia
papa serahkan semuanya, yang di dalamnya sudah papa tanam jiwa dan raga
yang di dalamnya sudah papa tanam keringat, darah, dan air mata
yang di dalamnya sudah papa tanam bulan, matahari, dan bintang-bintang
papa serahkan semuanya. Kemudian orang-orang itu datang menebang tubuh papa
kemudian mobil-mobil itu datang menggaruk-melubangi-menimbun-nimbun tubuh papa
kemudian mesin-mesin itu menggiling-giling tubuh papa
kemudian kapal-kapal itu datang membawa tubuh papa.
Papa baru ingat ketika satu demi satu tubuh papa
dibawa pergi dan segala menjadi tandus, bahwa,
tak ada warisan yang lebih berharga dari kebun
tanahnya adalah ibu, batang dan ranting-rantingnya adalah api
daun, buah, dan bunga-bunganya adalah asi
cinta kepada negara
bukan berarti menyerahkan semua milik papa
cinta kepada negara
adalah hidup dari tangan, kaki, dan usaha sendiri.
Papa baru ingat ketika satu demi satu tubuh papa
dibawa pergi dan segala menjadi tandus, bahwa,
jika semua warisan itu sudah papa beri kepada negara
kepada pengkhianat yang mengatasnamakan negara
apalagi yang akan papa beri kepada tanah air:
ibu dari anak-anak dan cucu papa yang lahir dan tumbuh kelak.
Sio
Papa baru ingat ketika satu demi satu tubuh papa
dibawa pergi dan segala menjadi tandus, bahwa
Indonesia memang kepunyaan papa,
tapi merdeka dan negara adalah milik mereka yang berduit.
2022.
______
Penulis
Nuriman N. Bayan atau lebih akrab disapa Abi N. Bayan, kini tinggal di Morotai sebagai guru di MAS Nurul Huda Gotalamo, Morotai, Maluku Utara. Puisi-puisinya tersiar di berbagai media nusantara baik cetak atau daring. Ia masuk sebagai nomine dalam Penghargaan Sastra Litera 2021.