Ternate, HN – BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Baabullah Ternate memprediksi cuaca wilayah Maluku Utara berpotensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang hingga Januari 2023.

Koordinator Data dan Informasi BMKG Kelas I Sultan Baabullah, Setiawan Sri Rahardjo, menyatakan BMKG telah mengeluarkan peringatan dini untuk daerah di Maluku Utara yang berpotensi hujan sedang-lebat karena ada potensi terjadi banjir.

Ia menyebut, sejumlah daerah yang berpotensi mengalami hujan deras seperti Kabupaten Pulau Morotai, Weda, Payahe, Obi, Pulau Batang Dua, Maba, Buli, Wasile, Kao, Tobelo, Galela, dan Loloda. Hujan akan terjadi pada pagi, siang, hingga sore hari.

Selain itu, pihaknya juga telah menerbitkan peringatan dini potensi hujan sedang-lebat disertai petir di wilayah Ternate, Tidore, Sofifi, Kayoa, dan Jailolo pada siang/sore hari.

“Waspada juga potensi gelombang tinggi akibat cuaca buruk di seluruh wilayah perairan Maluku Utara,” ujar Setiawan, Kamis, 17 November 2022.

Ia menjelaskan, mendekati pergantian tahun juga terjadi pergantian cuaca atau meteorologi seperti adanya endapan yang dominan berubah dibanding dengan kondisi normal.

“Seperti hujan lebat, tinggi gelombang bahkan potensi tsunami, nah itu penyebab meteorologi. Sebab, untuk Kota Ternate jika dipelajari beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan pasang gelombang laut mencapai 2-3 meter,” katanya.

Ia melanjutkan, untuk longsor juga mestinya diwaspadai, apalagi di Kota Ternate, biasanya timbul awan konvektif di atas pegunungan. Hal ini biasanya untuk di perkotaan tidak terjadi hujan lebat, tapi di pegunungan diguyur hujan lebat, akhirnya berpotensi banjir dan terjadi longsor.

“Hal ini kadang masyarakat tidak mengantisipasi itu, sehingga kadang terjadi korban akibat longsor karena curah hujan lebat dan air mengalir bahkan mengikuti sungai yang mati,” ujarnya.

Sementara untuk gelombang, kata dia, ada juga dampak tingginya pasang dan gelombang disebabkan adanya reklamasi pantai. Sebab dari segi analogi, reklamasi menjadi salah satu pemicu tingginya gelombang.

“Tapi kita akan kaji dulu lebih dalam, karena reklamasi ini kan mendekati garis pantai, atau dulunya garis pantai bisa 3 kilo, sekarang sudah ada reklamasi, akhirnya kedekatan dengan bibir pantai lebih dekat,” pungkasnya.

Bagikan:

Iksan Muhamad

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *