
Ternate, HN – Seorang ibu rumah tangga (IRT) berinisial S, warga Kelurahan Maliaro, Batu Anteru (BTN), Kota Ternate terluka parah lantaran tertimpa seng pengerjaan proyek perbaikan drainase di kawasan Batu Anteru, Rabu, 12 Oktober 2022.
Sebelumnya, S pada pukul 08.00 WIT mengendarai sepeda motor menuju arah pasar dengan kecepatan yang normal.

“Saya bawa motor itu mau ke pasar untuk beli kebutuhan jualan, saya juga bawa motor sangat pelan, tiba-tiba seng pembatas proyek roboh dan mengenai tangan kiri saya, akhirnya sobek sampai ke bagian dalam,” kata S saat ditemui halmaheranesia, Minggu, 16 Oktober 2022.
Ia mengaku, saat itu ada satu sopir mobil yang melihatnya ketika kecelakaan dan beberapa orang di pangkalan ojek juga turut membantu dirinya.
“Dari kejadian itu saya harus dibawa ke rumah sakit umum untuk ditangani dokter spesialis, namun sebelumnya ada warga yang rela menggunakan kaosnya untuk mengikat luka agar darahnya tidak terlalu banyak keluar,” ucapnya.
Setelah itu, kata S, dokter spesialis menginginkan harus menjalani operasi, apalagi luka tersebut berpotensi cacat permanen.
“Luka jahitan luar 28 jahitan, di dalam 10 jahitan, ini juga karena uratnya putus jadi disambung,” ujarnya.
Ia menyebutkan, dokter juga meminta ia untuk balik melakukan pemeriksaan selama enam hari. Saat ini, sudah di rumah, sehingga setiap tiga hari harus balik melakukan pemeriksaan sampai luka sembuh.
“Mo (mau) balik kontrol bagaimana, saya pe (punya) suami cuma bawa mobil pick up L300, torang (kami) juga tidak ada BPJS. Tidak ada dari orang proyek yang tanggung jawab. Bahkan, biaya operasi saja saya pe saudara-saudara yang tanggulangi,” ungkapnya.
Sementara saudara korban, Gusti menambahkan, setelah kejadian itu, ia kemudian berkoordinasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas pekerjaan drainase tersebut.
“Mereka datang di rumah sakit, kemungkinan itu pengawas bahan. Mereka bukannya bertanggungjawab, tapi malahan menuduh kaka saya yang menabrak seng pembatasan itu,” ucap Gusti.
“Setelah itu, saya langsung perintahkan dia agar sebaiknya pergi jangan sampai dipukuli. Kemudian kami juga ke kantor Dinas PUPR Ternate, tapi sama saja, justru kami tidak bertemu dengan mereka dengan alasan karena mereka sibuk,” sambungnya.
Kendati begitu, Gusti mengungkapkan, pihak kontraktor pekerjaan tersebut berjanji bakal bertemu dengan korban dan ingin bertanggung jawab, tapi hingga hari ini belum terlihat.
“Kami tunggu mereka, tapi tidak muncul, akhirnya kami buat laporan ke Dirkrimum dan pakai pengacara. Bukan soal hal lain, tapi kaka saya ini hanya ibu rumah tangga, kalau tangannya sudah seperti ini bagaimana dengan anak-anak, jadi mohon pengertiannya,” jelasnya.
Sekretaris PUPR Kota Ternate, Musli Muhammad, mengaku sudah mengetahui informasi ini lewat berita yang ditayangkan.
“Untuk sementara ini, teman-teman Cipta Karya sudah memfasilitasi. Tapi itu nanti pihak pelaksana pekerjaan dan korban saja yang bertemu dan bicarakan,” ungkap Musli.
Ia mengatakan, dari dinas melalui Bidang Cipta Karya juga sudah berkoordinasi dengan pihak pelaksana untuk bertemu dengan korban.
“Jadi mungkin dorang (mereka) bolom baku dapa (bertemu), tapi mudah-mudahan capat ketemu. Karena saya juga sudah ketemu, ya hanya untuk sekadar mendengarkan cerita korban, supaya kita bisa fasilitasi dengan pihak pelaksana,” katanya.
Musli menjelaskan, di lokasi kejadian itu ada dua item pekerjaan yang berbeda, yakni saluran yang dikerjakan pihak PUPR dan pembangunan kantor Kesbangpol.
“Jadi pekerjaan ini juga sempat dipertanyakan teman-teman di DPRD, dan kami juga sudah jelaskan,” ucapnya.
Sekadar diketahui, proyek perbaikan drainase di kawasan Ternate Tengah ini dilakukan oleh CV Botan Construction dengan nilai kontrak Rp 960 juta.