Ternate, HN – Foto-foto itu seperti bercerita, menyampaikan pesan dan makna yang sedang dialami warga Maluku Utara. Begitulah yang tampak pada presentasi foto workshop Photo Demos yang dibuat oleh Kurawal Foundation dan mitra fotografi lainnya, Kamis malam, 18 Agustus 2022.
Kegiatan yang dilaksanakan di Muara Hotel ini menghadirkan 10 peserta workshop Photo Demos dari berbagai daerah di wilayah timur Indonesia.
Mereka adalah Adlun Fiqri Pramadhani, Akhmad David Kurnia Putra, Dominggus Djolem, Fadli Usman, Nurul Hikmah Rusmawati, Rajuan Jumat, Rayhana Anwarie, Rifki Anwar, Roy Filsyer Thenu, dan Simon Lolonlun.
Direktur Pelaksana Pannafoto Institute, Ng Swan Ti, mengatakan kegiatan presentasi ini merupakan hari terakhir dari workshop luring beasiswa dan workshop fotografi Cerita dari Timur.
“Ini bagian dari program Photo Demos yang digunakan fotografi untuk bercerita tentang isu-isu sosial, kepentingan hak asasi manusia, dan perjuangan hak dasar manusia,” ucap Ng Swan Ti.
Ia menjelaskan, sebelumnya selama kegiatan, para peserta juga bekerja dari rumah masing-masing melalui kelas daring dan sudah tiga kali pertemuan.
“Saya melihat perkembangan yang sangat signifikan setelah adanya warkshop luring,” ungkapnya.
“Jadi memang, mungkin kendala sinyal pada saat kelas daring, tapi ketika kita bertemu, banyak hal-hal yang tidak dibahas selama kelas daring dan pada saat luring memperlihatkan kemajuan yang cukup signifikan,” sambungnya.
Para peserta, kata dia, masih akan terus memotret hingga akhir bulan atau selama kegiatan berlangsung.
“Mereka (peserta) memiliki kepedulian sosial dan apa yang terjadi di lingkungan terdekat, bahkan mereka melihat isu-isu yang menjadi bagian dari mereka sendiri. Misalnya Fadli sebagai anak petani, dia mempunyai kepedulian dan melihat lingkungannya dengan kritis,” paparnya.
Ada juga David yang merupakan polisi hutan. Dalam presentasi fotonya, ia melihat satwa pun mempunyai hak untuk tinggal dan hidup dengan aman serta nyaman.
“Harapan saya, misalnya teman-teman ini bisa melatih dan meningkatkan keterampilan bercerita dengan foto hingga kegiatan ini berakhir,” pungkasnya.
Sementara itu, Adlun Fiqri Pramadhani, salah satu peserta mengungkapkan dalam kegiatan ini mereka diajarkan tentang metode membuat foto cerita.
“Bagaimana menjadikan fotografi sebagai medium bercerita dan mengangkat sebuah isu di sekitar kita,” ucap Adlun.
Selain itu, kata dia, tidak hanya dunia fotografi yang dikenalkan, bahkan mereka juga diajarkan bagaimana menulis dengan baik.
“Karena fotografi juga membutuhkan medium pendukung seperti tulisan dan juga public speaking,” jelasnya.
Selama kegiatan, amatan halmaheranesia, foto-foto yang dipresentasikan sangat beragam. Dari foto yang bercerita tentang petani kangkung di Ternate, penggusuran mangrove di Ternate, tradisi Kesultanan Ternate, toleransi, UMKM, pekerja, sejarah, satwa, hingga penjaga rimba Halmahera, yakni suku Tobelo Dalam.