
Ternate, HN – Industri kerajinan besi putih di Kota Ternate, Maluku Utara, hingga saat ini masih tampak bergeliat. Meski begitu, sebelumnya sempat redup akibat dihantam badai pendemi Covid-19.
Randy (39 tahun) salah satu penjual besi putih mengatakan, sebelum pandemi, ia dan rekan lainnya mampu meraup untung lebih dari Rp 1 juta setiap harinya. Namun, saat ini berbeda, bahkan dalam sehari hanya Rp 200 ribu.

“Kalau dulu, pendapatan per hari masih lumayan. Bahkan, saya dan teman-teman merasa pendapatan menjual besi putih sangat cukup untuk kebutuhan,” ucap Randy kepada halmaheranesia, Sabtu, 13 Agustus 2022.
Ia menyebutkan, barang yang dijual ini bervariasi, mulai dari kalung, gelang, dan cincin dengan harga beragam.
“Harganya macam-macam, tergantung motifnya. Harga paling rendah Rp 20 ribu, yang paling tinggi Rp 150 ribu. Bisa juga ada nama yang diukir di kalung, karena sekarang tukang ukir sudah ada di Kota Ternate,” tuturnya.
Randy menjelaskan, di kawasan lorong titik jualan ada sekitar 80 lapak yang menjual aksesoris besi putih. Kawasan ini tak jauh dari Pasar Gamalama dan sangat dekat dengan Kelenteng Thian Hou Kiong. Aksesoris-aksesoris itu disebutnya berasal dari Pulau Morotai.
“Barang-barang aksesoris besi putih ini asli Morotai, masyarakat di sana lah yang membuat kerajinan ini,” ungkapnya.
“(Tapi) saya jualan besi putih sudah lama, ini turun-temurun dari orang tua, karena mereka sudah tua maka saya yang lanjutkan untuk jualan,” pungkas Randy.