Ternate, HN – Sebanyak 15 pekerja asal Bojonegoro, Jawa Timur, saat ini ditelantarkan dan bingung menetap di mana usai bekerja sebaga buruh bangunan selama sebulan di kawasan PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), Halmahera Tengah, Maluku Utara.
Ari, salah satu pekerja kepada halmaheranesia mengatakan, mereka merasa ditipu oleh salah satu mandor dari subkontraktor PT IWIP, yakni PT ILI. Ari dan rekan-rekannya sendiri tak begitu tahu akronim dari PT ILI ini.
“Saat berangkat dari Bojonegoro, Jawa Timur, rencananya kerja di Makassar. Namun pada saat tiba di Surabaya ternyata tiketnya di-booking untuk Kota Ternate,” ucap Ari, Selasa, 14 Juni 2022.
“Yang nyuruh kita itu dari mandor yang bernama Sugito. Kalau kita tahu ujung-ujungnya seperti ini, kita tidak berangkat, karena perjanjian kita hanya di Makassar,” sambungnya.
Ia mengaku, perjanjian bersama dengan mandor tersebut, upah yang bakal diberikan sebesar Rp 150 ribu per hari.
“Karena kita sudah di Ternate, ya kita harus kerja karena sudah sampai di Ternate,” ucapnya.
Ia menjelaskan, dalam perjanjian kerja, mereka akan bekerja selama empat bulan. Namun, sesampainya di Ternate, ada perubahan waktu, yakni akan bekerja selama enam bulan. Karena merasa ditipu, mereka akhirnya bekerja selama sebulan saja.
“Saat kerja satu bulan, kami tidak mendapatkan upah,” ungkapnya.
Mereka pun memilih kembali ke Ternate dengan uang seadanya saja. Ari bersama rekan-rekannya juga kebingungan mau menetap di mana.
“Untuk hari ini kita masih di Taman Kota, entah tidur di mana kita belum tahu, karena kita juga baru pertama di daerah ini. Kita mau pulang ke (Jawa Timur), tapi belum ada duit,” pungkasnya.
Sementara itu, mandor dari para pekerja tersebut, Sugito, saat dihubungi melalui sambungan telepon membantah bahwa ia tak melakukan penipuan terhadap 15 pekerja.
“Yang menipu pekerja sebanyak 15 orang itu bukan saya, tapi kontraktor dari IWIP, yakni Bos Wuang dari Cina. Dia yang bertanggungjawab gaji para pekerja harian itu,” kata Sugito.
Ia mengaku, bahkan dirinya telah menggunakan uang pribadinya untuk membawa para pekerja sebanyak 38 orang. Dari kerja ini, ada yang bekerja sistem borongan, ada juga yang sistem harian.
“Uang pribadi saya juga bos kontraktor dari IWIP tidak ganti, saya bayar semua persyaratan penerbangan, mulai dari antigen dan lain. Jadi saya juga ditipu oleh Bos Wuang itu. Bahkan ketika saya minta upah para pekerja, nomor saya diblokir oleh bos kontraktor,” ucapnya.
Ia mengatakan, sudah membayar para pekerja borongan. Sementara yang 15 orang ini bukan pekerja borongan, tapi harian, sehingga itu bukan tanggungjawabnya.
“Coba tanyakan dulu para pekerja, mereka itu kerjanya borongan atau harian. Kalau harian berarti bukan saya yang harus bayar. Tapi kontraktor perusahaan IWIP yang bayar,” jelasnya.
Sekadar diketahui, hingga berita ini ditayangkan, halmaheranesia sudah berupaya menghubungi bagian Humas PT IWIP, namun pihak IWIP masih berusaha mencari informasi mengenai subkontraktor tersebut.