Ternate, HN – Suasana upacara bendera HUT ke-76 RI di Kelurahan Sasa, Ternate Selatan, Kota Ternate, Maluku Utara, terlihat sedikit berbeda. Tampak ada sosok sepuh dalam barisan petugas upacara tersebut.
Dia adalah Amin Hi Sadik. Sosok purnawirawan TNI asal Waigitang, Makeang Pulau, Halmahera Selatan, yang dipercayakan menjadi pemimpin upacara pengibaran bendera yang digelar para pemuda Sasa. Meski sudah sepuh, ia masih terlihat tegap dan kuat.
Amin kepada halmaheranesia bercerita, ia mulai mengabdi terhadap negara pada tahun 1978. Saat itu ia diterima sebagai anggota dan mengikuti pendidikan militer di Ambon.
Ia selanjutnya ditempatkan di Batalyon 733 Infanteri Linut di Ambon. Setelah itu, ia lanjut mengikuti pelatihan di Bandung, untuk penerjun. Kala itu mereka digabung menjadi satu korps dengan Batalyon Batavia dari Jakarta dan Pattimura, Ambon.
“Kemudian saya kembali ke Ambon dan diberikan kepercayaan dalam Pasukan Pemukul Reaksi Cepat untuk mengamankan stabilitas dalam negeri antara Maluku-Irian Jaya,” ungkapnya.
Tahun 1988, ia ditugaskan di Irian, Wamena, Merauke, Timika, dan Jayapura Kota. Saat ditugaskan di sana, mereka berhasil menangkap pimpinan Organisasi Papua Merdeka (OPM).
“Kami akhirnya diberi piagam yang ditandatangani langsung Menhakam saat itu, LB Moerdani,” ucap Amin.
Setelah melewati proses panjang sebagai abdi negara, Amin akhirnya diberi tugas menjadi Danramil di Kecamatan Pulau Makeang, dan baru pensiun pada tahun 2011.
Kendati begitu, ada masa yang akan selalu dikenangnya, yakni ketika sedang berada di tengah hutan Irian, mencari pimpinan OPM.
Mereka kehabisan stok makanan selama seminggu dan hanya bertahan makan dari apa yang ada di hutan.
“Hanya bertahan hidup dengan makanan ujung rotan, buah-buahan, dedaunan, dan air sungai di hutan Irian sambil menunggu bantuan dari yang lain,” kenangnya.
Kisah itu tak akan pernah ia lupa. Ia lantas menitip pesan kepada generasi muda hari ini agar tak memandang remeh tiang bendera merah putih yang berdiri gagah. Baginya, tiang serta bendera yang berkibar itu bukan sekadar barang mati, melainkan terselip makna yang kuat.
Tiang bendera itu bagi seorang Amin adalah wujud dari kerja keras dan perjuangan para pendahulu yang harus dihargai.