Halteng, HN – Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara, memiliki potensi kelautan dan perikanan cukup besar. Namun, di balik potensi tersebut, aktivitas industri besar sedang mengancamnya.
“Perusahaan-perusahaan besar dapat merusak lingkungan atau ekosistem pesisir. Hal itu karena semua aktivitas industri itu akan berakhir di laut dan itu dapat mengancam potensi perikanan (Halmahera Tengah),” ucap Kepala Biro Informasi dan Komunikasi (Infokom) Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Maluku Utara, Supriyadi Sudirman, kepada halmaheranesia, Senin 28 Desember 2020.
Supriyadi mengatakan, sejumlah sungai di Halmahera Tengah, seperti Sungai Wale, Sungai Sagea, Sungai Gemaf, Sungai Kobe, Sungai Ake Sake, dan Sungai Woesna, berada sangat dekat dengan wilayah operasi perusahaan.
“Semua sungai itu mengalir ke laut. Bahkan tahun 2020, dua sungai, yakni Sungai Wale dan Sungai Kobe pernah mengalami perubahan warna, dan sampai saat ini belum diketahui apa sebab perubahan warna air sungai tersebut,” ungkapnya.
Ia menambahkan, pemerintah Halmahera Tengah, melalui instansi terkait sudah seharusnya berupaya cepat melakukan langkah antisipasi mengenai perihal tersebut.
“Jangan tunggu keadaan di masa akan datang semakin parah, ini akan membuat masalah tambah besar. Apalagi hasil investigasi kita, banyak nelayan yang anggaran penangkapannya semakin besar, karena daerah penangkapan mereka yang dulu boleh disebut sulit menemukan ikan-ikan jenis-jenis tertentu,” pungkas Adi, sapaan akrab Supriyadi.