Gula tare adalah salah satu cemilan khasnya orang Maluku Utara. Beberapa orang lebih terbiasa menyebutnya permen gula.
Permen ini sudah cukup lama dijual. Namun, belum diketahui pasti sejak kapan mulai dibuat secara tradisional di Maluku Utara. Hanya saja, bagi generasi 1980-an hingga 1990-an, permen ini sangat familiar.
Jumat sore, 6 November 2020, halmaheranesia menemui Mama Ati, penjual gula tare keliling di rumahnya, tepatnya di Akeboca, Ternate. Perempuan berusia 52 tahun ini mengaku sudah sejak lama menjual permen ini.
“Saya berjualan gula tare sudah sejak lama, saat bersama almarhum suami saya. Waktu itu menjual gula tare masih mendapatkan hasil yang bagus, berbeda dengan sekarang,” ucap Mama Ati.
Gula tare pada dasarnya adalah gula tebu yang dikaramelkan. Mama Ati bercerita, ia menjual cemilan ini sejak pagi, sekitar pukul 07.00 WIT. Ia menjajakannya dengan berpindah-pindah, dari pasar Gamalama hingga pasar Dufa-Dufa. Kendati jarak dari satu tempat ke tempat yang satu cukup jauh, Mama Ati malah menjualnya dengan berjalan kaki.
“Jualan ini mulai pagi sudah jalan, sampai siang hari baru kembali pulang. Kalau jualan belum habis terjual maka lanjut lagi sampai sore hari,” ungkapnya.
Mama Ati sendiri bukan orang pertama dalam hal produksi. Ia mengambilnya dari tangan pembuat dengan kisaran Rp 50 ribu hingga Rp 70 ribu, tergantung per ruas bambu yang diambil.
“Saya biasa ambil dulu gula tare di tempat pembuatan dan menjualnya. Sehari bisa terjual habis tapi kadang-kadang membutuhkan waktu dua hari. Kalau penghasilanya Rp 1.000.000 maka saya hanya dapat Rp 300 ribu,” paparnya.
Ia menceritakan, cara pembuatan gula tare masih tradisional. Tebu yang sudah dipotong-potong dicuci bersih, digiling dan diambil airnya. Perasan air tebu inilah yang kemudian dimasak hingga menjadi keramel dan dimasukan ke dalam bambu.
Sementara itu, bambu sebagai wadah gula tare juga dibeli dari penjual bambu. Proses masaknya masih menggunakan tungku dengan bahan bakar kayu. Kini nasib gula tare tak semanis dulu. Ia hanya diburu oleh generasi yang kerap merindukannya, barangkali sembari mengenang masa kecil mereka.