Hari itu, 28 September 2020, saya menulusuri setiap sudut benteng Tolukko/Toloko, Ternate. Kalian akan terbawa suasana masa lalu bila sampai di tempat ini. Benteng Tolukko memiliki keunikan tersendiri, dari puncak benteng, tampak pemandangan laut, pulau Tidore, Maitara dan Halmahera ikut tertangkap mata kita.

Dalam literatur sejarah, benteng ini merupakan peninggalan Portugis. Dibangun pada tahun 1540 oleh seorang panglima tentara Portugis yang bernama Fransisco Serrao. Benteng ini diberi nama Santo Lucas. Awalnya benteng ini berfungsi sebagai pertahanan sekaligus pusat penyimpanan rempah-rempah.

Dibangun berdekatan dengan wilayah pesisir laut, benteng Toloko punya daya tarik yang tak kalah saingnya dengan benteng-benteng lainnya loh. Bagaimana tidak? Di atas benteng terhampar panorama alam, sejuta keindahan terlintas disekeliling kita. Bila berkunjung, kalian akan bertanya-tanya sungguh luar biasa arsitekturnya.

Saya sempat membaca beberapa artikel, benteng ini ternyata dibangun dari batu karang dan pecahan batu bata dengan campuran kapur, serta pasir sebagai peretaknya. Bentuknya unik tidak simetris. Selain itu benteng ini sering disebut benteng Holandia atau Santo Lucas, terletak dibagian utara pusat Kota Ternate. Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1661 mengizinkan Sultan Mudarsyah untuk menempati benteng ini dengan kekuatan pasukan sebanyak 160 orang.

Letak benteng Tolukko di Kelurahan Dufa-dufa, Ternate Utara. Sempat dimodifikasi oleh pemerintahan Belanda dengan nama Hollandia setelah kekalahan Portugis akibat perlawanan rakyat Ternate. Oleh Belanda benteng ini digunakan sebagai pertahanan gempuran Spanyol. Tahun 1610 diperbaiki oleh Pieter Both dan dipugar oleh P Van Der Crab pada 1864, sampai sekarang benteng ini masih utuh.

Nama benteng ini sempat menuai perdebatan sejarah, ada satu kisah menyebutkan bahwa nama Tolukko ini digunakan sejak salah satu Sultan Ternate yang bernama Kaicil Tolukko memerintah sekitar tahun 1692. Sumber lainnya menyebutkan bahwa nama Tolukko merupakan modifikasi penyebutan nama asli benteng ini yaitu, Benteng Santo Lucas.

Di area benteng juga terdapat papan nama yang bertuliskan “Budayakan Membuang Sampah Pada Tempatnya”. Ini semacam peringatan buat pengunjung agar jangan membuang sampah sembarangan. Masuk ke sini, pengunjung dikenakan tiket masuk sebesar Rp5.000.

__

Tulisan ini diolah dari berbagai sumber/artikel

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *